Indonesiainside.id, London – Pemimpin kelompok sayap kanan terkemuka Inggris dinyatakan bersalah, Rabu (20/5), atas pelanggaran teror setelah menolak memberikan polisi akses ke perangkat elektroniknya sekembalinya dari perjalanan politik ke Rusia, Press Association melaporkan. Polisi Metropolitan menghentikan Paul Golding yang berusia 38 tahun di Bandara Heathrow Inggris, pada saat kedatangannya dari Moskow pada akhir Oktober tahun lalu.
Setelah menolak untuk memberi tahu kode pin ke iPhone dan macbook-nya, pihak berwenang menuduh Golding dengan sengaja menolak untuk mematuhi tugas berdasarkan daftar ke-7 UU Terorisme. Pengadilan Westminster di London menyatakan dia bersalah setelah persidangan.
Hakim ketua Emma Arbuthnot memutuskan tidak ada keraguan bahwa Golding gagal memenuhi permintaan informasi. Kewajibannya dijelaskan kepadanya dan dia diberi banyak peringatan bahwa dia akan berisiko ditangkap jika tiidak mematuhi perintah tersebut.
Arbuthnot mendakwa Golding sembilan bulan penjara dan memerintahkannya untuk membayar £750 sebagai biaya tambahan, atau sekitar Rp13 juta. Dia juga memutuskan bahwa dia telah diinterogasi secara sah.
Sebelumnya, seorang perwira perbatasan yang mempertanyakan Golding menjelaskan bahwa daftar ke-7 dari tindakan terorisme memungkinkan para petugas untuk berbicara kepada orang-orang dan membuat keputusan apakah mereka terlibat dalam persiapan atau hasutan tindakan terorisme.
Di bawah kekuatan yang terkandung dalam daftar itu, polisi dapat menginterogasi, mencari, dan menahan siapa pun hingga enam jam di pelabuhan Inggris, tambah petugas itu. Dia juga mengatakan bahwa dia memiliki alasan untuk memeriksa Golding di bawah undang-undang itu, mengingat dia menampilkan agitasi dan kemarahan karena dihentikan, serta berteriak pada petugas.
Jaksa Samuel Main mengatakan sesi pertanyaan Golding berlangsung selama tiga jam, dan menanyakan aktivitasnya di Rusia setelah terbang dengan dua orang lain pada bulan Oktober. Selama perjalanan tiga hari, Golding memberikan wawancara kepada media Rusia, bertemu dengan anggota Partai Demokrat Liberal, yang ideologinya digambarkan sebagai ultranasionalis, dan mengunjungi parlemen Rusia, kata Main.
Siaran pers sayap kanan Inggris menyebut Rusia negara patriotik, nasionalis yang mempromosikan semua nilai tradisionalis, Kristen, dan Barat, serta mengatakan perjalanan itu bertujuan untuk hubungan lebih lanjut dengan anggota parlemen Rusia. (CK)