Indonesiainside.id, Washington – Wabah virus corona tak menghentikan rencana Amerika Serikat (AS) melakukan uji coba nuklir. Kebijakan Pemerintahan Presiden Donald Trump itu adalah kali pertama sejak 1992.
Uji coba niklir ini menjadi peringatan bagi Rusia dan Cina, dilansir Washington Post, Jumat (22/5). AS mengkliam rencana itu sebagai kebangkitan pertahanan dalam negerinya.
Sikap ini secara dramatis menaikkan ketegangan untuk negara-negara bersenjata nuklir lainnya. Seorang analis mengatakan, jika AS terus maju, ini menjadi langkah awal untuk uji senjata nuklir yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Itu akan menjadi langkah awal untuk perlombaan senjata nuklir yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Daryl Kimball, direktur eksekutif Asosiasi Kontrol Senjata.
Dia menambahkan bahwa itu juga kemungkinan akan mengganggu negosiasi dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, yang mungkin tidak lagi merasa terdorong untuk menghormati moratorium pengujian nuklir.
Laporan Washington Post ini datang satu hari setelah Trump mengumumkan bahwa ia berencana untuk menarik diri dari perjanjian Open Skies dengan Rusia, yang dirancang untuk meningkatkan transparansi militer dan kepercayaan di antara negara-negara adidaya. Ini adalah pakta kontrol senjata ketiga yang telah dicabut Trump sejak menjabat.
Rusia menegaskan akan mematuhi perjanjian 18 tahun itu, yang berupaya menurunkan risiko perang dengan mengizinkan militer masing-masing negara penandatangan untuk melakukan sejumlah penerbangan pengawasan atas negara anggota lainnya setiap tahun dengan pemberitahuan singkat. Negara-negara Eropa lain juga mendesak Trump untuk mempertimbangkan kembali keputusannya itu.
Menghadapi pemilihan ulang pada bulan November nanti, Trump memberi peringatan keras kepada Cina dalam beberapa pekan terakhir. Dia berulang kali mengkritik penanganan Beijing terhadap pandemi virus corona, yang pertama kali muncul di sana.
Awal bulan ini, Trump menyerukan untuk melibatkan Cina dalam pembicaraan kontrol senjata baru dengan Rusia, mengatakan kepada rekannya dari Rusia, Vladimir Putin bahwa mereka perlu menghindari perlombaan senjata yang mahal.
Ini bukan pertama kalinya kebijakan pertahanan Trump menimbulkan kekhawatiran pemerintah meningkatkan risiko perang nuklir.
Pada Februari, Pentagon mengumumkan mengirim kapal selam yang membawa rudal jarak jauh baru dengan hulu ledak nuklir yang relatif kecil, dan mengatakan itu sebagai tanggapan terhadap tes yang dilakukan Rusia dengan senjata serupa. (Aza)