Indonesiainside.id, Washington DC – Pemerintahan Presiden Donald Trump berencana untuk menjual senjata lagi ke Arab Saudi, seorang senator AS mengungkapkan, Rabu (27/5). Rencana itu menuai beragam kritik, mengingat setahun yang lalu Presiden Trump juga memaksakan kontrak kontroversial senilai 8,1 miliar AS dolar atau sekitar Rp118 triliun meskipun banyak penolakan dari kongres AS.
“Pemerintah saat ini berusaha menjual ribuan bom berpemandu presisi kepada teman Presiden kita, putra mahkota Saudi, Muhammad bin Salman,” kata anggota Partai Demokrat New Jersey, Bob Menendez kepada CNN.
Menendez, anggota Partai Demokrat dari Komite Hubungan Luar Negeri Senat, mengingat bagaimana kontrak sebelumnya untuk menjual berbagai senjata ke Arab Saudi serta Uni Emirat Arab (UEA), diblokir oleh Kongres setelah terjadi pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.
“Badan intelijen AS menyimpulkan bahwa pembunuhan itu diperintahkan oleh putra mahkota, seorang lalim Saudi, yang berpikir ia dapat membantai para pengritiknya tanpa konsekuensi,” tulis Menendez, yang dilansir oleh The New Arab.
Ketika Kongres memblokir penjualan itu tahun lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo meminta prosedur darurat yang tidak jelas untuk mendorongnya. “Hari ini, setahun kemudian, masih belum ada pembenaran bagi AS untuk menjual bom ke Arab Saudi,” kata Menendez.
“Itulah sebabnya saya khususnya bermasalah bahwa Departemen Luar Negeri sekali lagi menolak untuk menjelaskan perlunya menjual ribuan bom lagi ke Arab Saudi di atas ribuan bom yang belum dikirim dari darurat’ tahun lalu,” pungkasnya. (CK)