Indonesiainside.id, New York – Amerika Serikat (AS) akan terus mengurangi kehadiran militernya di Irak dalam beberapa bulan mendatang, bunyi sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh AS dan Irak.
Kedua negara juga akan membahas status pasukan yang masih berada di Irak dalam beberapa bulan mendatang, menurut sebuah pernyataan menyusul dialog strategis AS-Irak yang digelar secara virtual pada Kamis (11/6).
Asisten Sekretaris Urusan Timur Dekat Amerika Serikat David Schenker, yang berpartisipasi dalam dialog itu, sebelumnya mengatakan kepada wartawan bahwa Washington sedang mempertimbangkan kemungkinan pengurangan kekuatan, namun menekankan bahwa belum ada diskusi mengenai jadwal untuk langkah tersebut.
Pernyataan itu menegaskan kembali bahwa AS tidak mengincar pangkalan permanen dan kehadiran militer di Irak. Sementara itu, pemerintah Irak berkomitmen untuk melindungi personel militer koalisi internasional dan fasilitas Irak yang menampung mereka.
Hubungan AS-Irak mengalami ketegangan sejak awal Januari, ketika militer AS membunuh Qassem Soleimani, mantan komandan Pasukan Quds dari Garda Revolusi Islam Iran, dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil kepala pasukan paramiliter Hashd Shaabi Irak, dalam sebuah serangan udara di dekat bandara Baghdad.
Serangan udara AS mendorong parlemen Irak pada 5 Januari lalu untuk mengeluarkan resolusi yang meminta pemerintah untuk mengakhiri kehadiran pasukan asing di Irak.
Pangkalan militer yang menampung pasukan AS di seluruh Irak dan fasilitas AS lainnya telah berulang kali menjadi sasaran serangan mortir dan roket dalam beberapa bulan terakhir.
Lebih dari 5.000 tentara AS dikerahkan di Irak untuk mendukung pasukan Irak dalam pertempuran melawan militan ISIS, terutama memberikan pelatihan dan saran kepada pasukan Irak.(EP)