Indonesiainside.id, Nairobi – Tiga petugas polisi Kenya ditangkap setelah sebuah video yang beredar luas menunjukkan mereka menyeret seorang wanita di belakang sepeda motor dan mencambuknya.
Dilansir dari Aljazeera, wanita tersebut, Mercy Cherono, 21, berada dalam penahanan polisi karena dituduh membobol rumah seorang perwira polisi.
Penangkapan pada Kamis (11/6), terjadi setelah video yang direkam pada hari sebelumnya di Kuresoi Selatan, sebelah barat ibukota, Nairobi, memicu kemarahan di kalangan pengguna media sosial, aktivis dan lainnya.
Dalam video satu setengah menit itu, seorang polisi terlihat mengendarai sepeda motor, yang menyeret seorang wanita yang diikat di belakang motor, sementara yang lain memukulinya. Perlakuan itu menyebabkan celana korban terlepas, dan meninggalkannya telanjang dari pinggang ke bawah.
“Tiga petugas kemarin ditangkap, menyusul beredarnya video yang menggambarkan seorang wanita dicambuk & diseret dengan sepeda motor di Kabupaten Kuresoi Selatan,” kata Direktorat Investigasi Kriminal dalam sebuah pernyataan. “Para tersangka berada dalam tahanan untuk membantu penyelidikan lebih lanjut mengenai masalah ini.”
Otoritas Pengawasan Kepolisian Independen (IPOA) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pihaknya melakukan penyelidikan atas masalah tersebut.
Sangat disayangkan, insiden itu terjadi di tengah maraknya aksi protes atas kebrutalan polisi di Kenya, di mana petugas penegak hukum sering menghadapi tuduhan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk menggunakan kekuatan berlebihan, terutama di lingkungan miskin.
Sebelumnya, pengunjuk rasa berduyun-duyun ke jalan-jalan Nairobi setelah IPOA mengatakan petugas polisi terlibat dalam pembunuhan setidaknya 15 orang sejak diberlakukannya jam malam untuk menghambat penyebaran pandemi virus korona.
“Saya di sini untuk memprotes kematian kawan kami di tangan polisi tanpa kesalahan,” kata Rahma Wako, seorang demonstran wanita di permukiman Mathare di ibukota itu. “Kami mengatakan, ‘Cukup sudah cukup’. Sebagai ibu, banyak anak muda kita terbunuh saat dituduh sebagai pencuri.”
Para aktivis di Kenya juga aktif di media sosial untuk menyuarak momok kebrutalan polisi di negara itu, yang biasanya tidak dihukum. “Kami menyuruh mereka untuk berhenti membunuh anak-anak kami,” kata Beatrice Rongo, di Twitter. “Para ibu menangis, saudari, kita semua terluka oleh ketidakadilan kebrutalan polisi ini.”
Pada bulan April, Human Right Watch (HRW) menuduh polisi memberlakukan jam malam dengan cara semrawut dan keras sejak awal. Kadang-kadang mencambuk, menendang, dan meracuni orang dengan gas untuk memaksa mereka keluar dari jalanan.
Seperti yang terjadi pada kasus Yassin Hussein Moyo, 13, yang meninggal di Nairobi pada 31 Maret setelah ditembak oleh petugas ketika berdiri di balkon rumahnya ketika polisi memaksa orang masuk ke rumah mereka.
Di tempat lain, seorang penjual tomat di Kakamega barat meninggal setelah dihantam tabung gas air mata, sementara empat orang dipukuli hingga mati di berbagai bagian negara itu.
“Sangat mengejutkan bahwa orang kehilangan nyawa dan mata pencaharian mereka sementara seharusnya dilindungi dari infeksi,” kata Otsieno Namwaya, peneliti senior Afrika HRW.
Dalam laporan HRW pada Februari, merinci pembunuhan setidaknya delapan orang di lingkungan berpenghasilan rendah di Nairobi. HRW menambahkan bahwa polisi terus membunuh tersangka kejahatan dan pengunjuk rasa meskipun ada desakan yang terus-menerus untuk mengakhiri pembunuhan dan penggunaan kekuatan berlebihan. (Msh)