Indonesiainside.id, Brussels – Uni Eropa (UE) menuduh Cina menjalankan kampanye disinformasi, sehubungan dengan pandemi virus korona yang menewaskan lebih dari 417.000 di seluruh dunia. Secara khusus, Komisi Eropa menuduh Rusia dan Cina menjalankan operasi pengaruh yang ditargetkan dan kampanye disinformasi di Uni Eropa, lingkungannya, dan secara global.
Meskipun Rusia berulang kali dipanggil karena menyebarkan disinformasi, ini adalah pertama kalinya UE secara terbuka menuduh Cina sebagai sumber disinformasi. Dilansir Fox News, pada pertengahan April, sebuah situs web kedutaan besar Cina mengklaim bahwa pada puncak wabah Eropa, pekerja perawatan kesehatan telah meninggalkan kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, sebuah pernyataan yang membuat para politisi Prancis marah.
“Saya percaya jika kita memiliki bukti, kita tidak boleh menghindar,” kata Vĕra Jourová, wakil presiden komisi Eropa kepada The Guardian. “Apa yang juga kami saksikan adalah lonjakan narasi yang melemahkan demokrasi kami dan pada dasarnya tanggapan kami terhadap krisis, misalnya, klaim ada laboratorium biologi rahasia AS di bekas Republik Soviet disebar baik oleh gerai pro-Kremlin, maupun Pejabat Cina dan media pemerintah.”
Jourová, seorang politisi Ceko, menambahkan bahwa dia percaya Uni Eropa yang secara geopolitik kuat hanya dapat terwujud jika bersikap tegas. Pernyataan itu mengacu pada tujuan presiden komisi Eropa agar badan tersebut mendapatkan lebih banyak rasa hormat dan wewenang di panggung dunia.
Tekanan pada Cina menandai sikap yang jauh lebih agresif oleh Uni Eropa. Sebelumnya, dalam laporannya di bulan Maret, hanya menggambarkan narasi media Cina sambil mengincar disinformasi yang keluar dari Kremlin.
Kata-kata yang lebih tajam juga mengikuti kritik dari anggota parlemen Eropa yang menuduh komisi mempermudah laporan setelah tekanan dari Cina, meskipun komisi membantah klaim tersebut.
Komisi UE juga mengambil langkah terselubung terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Mereka mencatat bahwa pernyataan Trump tentang menyuntikkan pemutih dan menggunakan hydroxychloroquine, bisa sangat berbahaya. Faktanya, Pusat Kontrol Racun Belgia mencatat 15 persen peningkatan jumlah insiden terkait pemutih. (NE)