Indonesiainside.id, Dhaka – Seorang dosen di Bangladesh, didakwa di bawah undang-undang keamanan digital yang kontroversial, karena dituduh mengejek mantan menteri kesehatan yang meninggal karena virus corona. Penangkapan ini adalah yang terbaru dalam serangkaian penahanan kontroversial terkait postingan media sosial tentang pandemi di negara itu.
Penangkapan Sirajum Munira, 28, pada Sabtu (13/6) malam, terjadi setelah mantan Menteri Kesehatan dan Keluarga Mohammad Nasim meninggal karena virus corona. Polisi menangkapnya dengan tuduhan menciptakan reaksi negatif.
“Dia mengunggah komentar menghina tentang kematian Mohammad Nasim. Dia mengejek orang mati,” kata kepala polisi setempat, Rabiul Islam. “Itu menyebar dan menciptakan reaksi negatif dan merusak citra negara.”
Munira, yang berprofesi sebagai seorang dosen di Universitas Begum Rokeya utara, kemudian meminta maaf dan menghapus komentarnya setelah mempostingnya di Facebook. “Pada hari Ahad (14/6), banding jaminan Munira ditolak oleh hakim, yang mengirimnya ke penjara. Sidang berikutnya dijadwalkan pada hari Senin,” kata Harun Ur Rashid Swapan, koresponden DW di Dhaka.
Para aktivis mengatakan undang-undang internet digunakan untuk menekan kritik terhadap pemerintah yang lamban menangani pandemi virus corona. Setidaknya 44 orang ditangkap dan didakwa sejak Maret di bawah undang-undang internet karena diduga menyebarkan desas-desus dan propaganda.
Bagian 32 dari Digital Security Act 2018 menganggap perekaman rahasia setiap informasi di pemerintah, semi-pemerintah atau lembaga otonom sebagai spionase. Banyak jurnalis dan aktivis daring, yang mengekspos korupsi pemerintah dengan secara diam-diam mencatat penyimpangan, khawatir bahwa pekerjaan mereka juga dapat dianggap sebagai spionase.
Jika dinyatakan bersalah karena melanggar ketentuan, seseorang dapat menghadapi hukuman penjara hingga 14 tahun dan denda sekitar €20.000 atau sekitar Rp315 juta. Sementara itu, virus corona membunuh banyak tokoh Bangladesh terkemuka, termasuk taipan bisnis, birokrat, dan dokter senior. Pekerja garis depan, termasuk petugas kepolisian, juga terkena pandemi.
Pada hari Sabtu, Sheikh Abdullah, Menteri Negara untuk Urusan Agama dan sekutu dekat perdana menteri, meninggal karena komplikasi terkait Covid-19, setelah dirawat di rumah sakit militer.“Dua menteri dalam kabinet Perdana Menteri Sheikh Hasina, serta lima anggota Parlemen, juga terinfeksi,” kata seorang menteri, yang dilansir oleh laman indianexpress.com.
Sejak negara Asia Selatan itu melaporkan kasus pertamanya pada awal Maret, jumlah infeksi meningkat menjadi lebih dari 87.000 dengan sedikitnya 1.100 kematian. Ada kekhawatiran yang berkembang tentang penyebaran virus di seluruh negara miskin, yang dibuka kembali setelah dikunci meskipun ada peningkatan kasus baru. (NE)