Indonesiainside.id, Islamabad – Menteri Sains dan Teknologi Fawad Chaudhry mengatakan bahwa Pakistan mengembangkan alat uji Covid-19 sendiri, yang kemungkinan akan membantu menurunkan biaya tes virus korona di negara itu.
“Kami sebagian besar mengimpor alat tes Covid-19 dari Tiongkok. Sekarang para ilmuwan kami mengembangkan peralatan reaksi berantai polimerase kami sendiri,” katanya kepada Arab News dalam sebuah wawancara eksklusif.
Chaudhry mengatakan bahwa alat itu telah disetujui oleh Otoritas Pengatur Obat Pakistan (DRAP) untuk penggunaan komersial. Alat yang dikembangkan oleh para ahli di Universitas Nasional Sains dan Teknologi itu, memiliki akurasi lebih dari 90 persen, sekitar 20 persen lebih baik daripada alat tes yang diimpor.
“Ini adalah alat yang sepenuhnya domestik dan akan membantu kami mengurangi beban impor kami,” tambah Chaudhry. “Demikian juga, itu akan menurunkan biaya tes Covid-19 menjadi sepertiga dari biasanya.”
Menteri juga berharap untuk mengembangkan ventilator domestik dalam beberapa minggu ke depan, sejak uji klinis empat mesin yang sedang dikembangkan memasuki tahap akhir.
“Setelah uji coba ini selesai, kami akan meminta entitas komersial untuk mulai membuat ventilator. Di sebagian besar negara, termasuk Amerika Serikat, perusahaan motor memproduksi ventilator. Karena itu, kami juga membawa perusahaan motor ke dalamnya. Saya berharap kami dapat menghasilkan lebih dari 100 ventilator dalam tiga bulan pertama,” ujarnya.
selain itu, Chaudhry mengatakan bahwa Kementerian Sains dan Teknologi meramalkan bahwa Pakistan akan mencapai puncak Covid-19 pada bulan Juni. “Kami berada di puncak sekarang,” katanya. “Namun, sulit untuk menentukannya dalam hal jumlah atau durasi karena virus ini menyebar secara eksponensial. Begitu mulai, menghentikannya menjadi sangat sulit. ”
Menteri menambahkan bahwa pandemi virus korona akan tetap pada puncaknya selama lebih dari dua bulan di Pakistan. “Itu biasanya waktu yang dibutuhkan virus ini untuk mencapai puncaknya,” katanya. “Butuh waktu sekitar dua hingga tiga bulan untuk memperlambat laju infeksi.”
Ditanya apakah lockdown ketat adalah satu-satunya cara untuk mengendalikan penyebaran virus, ia menegaskan kembali posisi pemerintah, dan menyatakan bahwa penguncian yang cerdas adalah satu-satunya jalan ke depan. “Anda tidak dapat mengunci seluruh negara untuk jangka waktu yang tidak terbatas,” kata Chaudhry.
“Ini adalah negara berpenduduk 220 juta orang. Kuncian total akan memicu kekurangan makanan dan barang-barang penting lainnya, membuat hidup lebih sulit bagi banyak orang di negara seperti Pakistan,” pungkasnya. (ASF)