Indonesiainside.id, Washington DC – Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS), Senin (15/6), mencabut izin penggunaan darurat atas hydroxychloroquine untuk mengobati Covid-19. Sementara Presiden AS Donald Trump sangat menganjurkan obat itu untuk mencegah virus korona.
Berdasarkan bukti baru, FDA mengatakan tidak lagi masuk akal untuk percaya bahwa formulasi hydroxychloroquine dan obat chloroquine terkait, efektif dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus korona.
Langkah ini dilakukan setelah beberapa penelitian terhadap obat malaria itu, menyatakan tidak efektif, termasuk uji coba yang banyak diantisipasi awal bulan ini, yang menunjukkan bahwa obat itu gagal mencegah infeksi pada orang yang terpapar virus.
Sifat anti-inflamasi dan antivirus obat itu menyarankan obat itu dapat membantu mengobati Covid-19, dan FDA mengizinkan penggunaannya untuk kondisi darurat pada Maret, di masa puncak pandemic, di mana belum ada perawatan yang disetujui.
Meskipun tampaknya menetralkan virus dalam percobaan laboratorium, hydroxychloroquine, yang juga digunakan untuk mengobati lupus dan rheumatoid arthritis, gagal membuktikan khasiatnya dalam uji coba Covid-19 pada manusia, sejauh ini.
Pada bulan Maret, Trump mengatakan hydroxychloroquine yang digunakan dalam kombinasi dengan antibiotik azithromycin memiliki peluang nyata untuk menjadi salah satu pembalik keadaan dalam sejarah kedokteran. Namun hanya sedikit bukti yang mendukung klaim itu.
Trum juga mengatakan bahwa dia meminum obat itu secara preventif setelah dua orang yang bekerja di Gedung Putih didiagnosis dengan Covid-19, dan dia mendesak orang lain untuk mencobanya.
Dalam beberapa minggu terakhir, dokter sudah menarik kembali penggunaan hydroxychloroquine sebagai pengobatan Covid-19, setelah beberapa penelitian menunjukkan itu tidak efektif dan dapat menimbulkan risiko jantung bagi pasien tertentu.
Dilansir dari Channel News Asia, pedoman pengobatan pemerintah AS saat ini tidak merekomendasikan penggunaan obat malaria itu untuk pasien Covid-19 di luar uji klinis.
Prancis, Italia, dan Belgia akhir bulan lalu juga menghentikan penggunaan hydroxychloroquine untuk mengobati pasien Covid-19. Tetapi AS bulan lalu malah memasok Brasil dengan 2 juta dosis hydroxychloroquine untuk digunakan melawan virus korona, karena negara Amerika Selatan itu muncul sebagai episentrum pandemi terbaru.
Sementara itu, menurut analisis terbaru dari firma riset GlobalData, sekitar 400 percobaan terdaftar menggunakan hydroxychloroquine atau chloroquine terkait sebagai intervensi untuk Covid-19, lebih dari setengahnya masih berlangsung.
Di Amerika Serikat, Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular bulan lalu meluncurkan uji coba yang dirancang untuk menunjukkan apakah hydroxychloroquine dalam kombinasi dengan azithromycin dapat mencegah rawat inap dan kematian akibat Covid-19. (Msh)