Indonesiainside.id, London – Para pemimpin komunitas Muslim Inggris menyatakan kekecewaan mereka atas aksi unjuk rasa yang digelar oleh kelompok ekstremis sayap kanan yang berlangsung di London. Lebih dari seminggu unjuk rasa gerakan Black Lives Matter (BLM) yang sebagian besar berlangsung damai di London pusat, sementara kelompok ekstremis sayap kanan mengusung aksi protes yang sangat berbeda.
Diorganisir oleh koalisi kelompok-kelompok sayap kanan, termasuk Liga Pertahanan Inggris dan Football Lads Alliance, aksi protes tersebut seolah-olah untuk melindungi patung-patung yang secara historis penting. Namun, aksi tersebut dengan cepat berubah menjadi tindakan rasisme yang merajalela, serta kekerasan terhadap polisi dan demonstran BLM.
Khalid Anis, ketua Masyarakat Islam Inggris, mengatakan kepada Arab News, dia kecewa bahwa aksi protes kelompok ekstremis sayap kanan itu terjadi. “Tidak mengejutkan bahwa aksi itu berubah menjadi perkelahian yang dipenuhi alcohol, serangan terhadap polisi, aksi memberi hormat ala Nazi, dan meludahi orang-orang di taman. Itu mengerikan,” katanya.
“Saya berharap seluruh kekuatan hukum ditimpakan kepada mereka. Inggris yang saya kenali dan cintai, rumah bagi saya dan keluarga saya, adalah kebalikan dari apa yang kami lihat di jalan,” tambah Anis.
Sementara Muddassar Ahmed, Anggota Dewan di Faiths Forum for London, mengatakan kepada Arab News bahwa gerakan BLM mewakili Inggris yang dia kenal. Sebaliknya, para pemrotes ekstremis sayap kanan berdemonstrasi menentang Inggris yang progresif dan berpikiran terbuka.
“Saya sangat sedih melihat begitu banyak orang meninggalkan rumah mereka selama pandemi dan berbaris menentang kehadiran orang-orang seperti saya, Muslim, di negara ini,” kata Ahmed. “Mereka adalah peninggalan masa lalu yang rasis. Inggris terbuka dengan budaya lain dan berpikiran terbuka. Di satu sisi, mereka sangat anti-Inggris.”
Polisi mengatakan 23 petugas terluka dalam aksi protes itu, dan sejauh ini mereka melakukan 113 penangkapan. Mereka yang ditangkap termasuk seorang pria yang sekarang dipenjara karena mengencingi sebuah prasasti peringatan kepada seorang petugas polisi yang meninggal saat berhadapan dengan seorang teroris pada tahun 2017.
“Premanisme rasis tidak memiliki tempat di jalan-jalan kami. Rasisme tidak memiliki bagian di Inggris dan kami harus bekerja bersama untuk mewujudkannya,” kata Perdana Menteri Boris Johnson di twitter, mengomentari kerusuhan yang dtimbulkan oleh kelompok ekstremis sayap kanan. (NE)