Indonesiainside.id, Tripoli– Menteri Pertahanan Libya mengatakan bahwa Amerika Serikat telah mengambil tindakan terhadap masalah Libya setelah intervensi asing dalam urusan dalam negeri negara itu menjadi jelas. Pejabat Libya berterima kasih kepada Presiden Recep Tayyip Erdogan dan rakyat Turki atas dukungan terhadap Libya.
Dalam wawancara dengan Anadolu Agency pada Selasa (23/6), Wakil Menteri Pertahanan Libya, Kolonel Salah Al-Din Al-Namroush, membahas operasi Sirte tentara Libya, intervensi Rusia di Libya dan kerjasama dengan Turki.
“Komando Afrika AS (AFRICOM) dan NATO telah mengkonfirmasi bahwa pangkalan udara Al-Jufra, yang diduduki oleh milisi pimpinan komandan pemberontak Khalifa Haftar pada 2017, menampung jet tempur buatan Rusia,” kata Al-Namroush.
Al-Namroush menekankan bahwa Turki mengirim pakar militer ke Libya untuk membantu dalam organisasi pasukan militer. Sang menteri mengatakan Libya mengharapkan dukungan Turki dalam pembentukan tentara profesional Libya.
Dia berterima kasih kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan rakyat Turki karena telah mendukung Libya selama masa-masa sulit seperti saat ini. November lalu, Turki dan Libya menandatangani pakta penting tentang kerja sama militer serta perbatasan di Mediterania.
Di bawah kesepakatan itu, Turki mengirim penasihat untuk membantu tentara Libya mengalahkan milisi Haftar. Al-Namroush menggarisbawahi bahwa tentara Libya melanjutkan persiapannya untuk membebaskan kota Sirte dari milisi.
“Tidak ada garis merah untuk kita. Kami bertujuan untuk membebaskan seluruh tanah Libya,” katanya.
Pada Sabtu, al-Sisi menyinggung kemungkinan mengirim misi militer eksternal jika diperlukan dan mengatakan bahwa setiap intervensi langsung di Libya menjadi sah secara internasional. Al-Sisi mengatakan kepada pasukannya untuk bersiap melaksanakan misi apa saja di dalam maupun di luar perbatasan negaranya.
Terlepas dari argumen tak berdasar dari panglima pemberontak Khalifa Haftar dan para pendukungnya, PBB mengakui pemerintah yang dipimpin oleh Fayez al-Sarraj. Pemerintah meluncurkan Operasi Badai Perdamaian terhadap Haftar pada Maret untuk melawan serangan di ibu kota dan baru-baru ini merebut kembali lokasi-lokasi strategis termasuk Tarhuna, benteng terakhir Haftar di Libya barat.
Pemerintah Libya mengutuk dukungan militer oleh Mesir, Uni Emirat Arab, Prancis dan Rusia atas serangan oleh milisi Haftar di Tripoli yang dimulai pada 4 April 2019. (AA/NE)