Indonesiainside.id, Sydney – Saat sebagian besar negara-negara Asia Tenggara berhasil meratakan tingkat infeksi virus corona mereka, Indonesia sepertinya kehilangan kendali pertempuran dengan Covid-19.
Sejak awal, pemerintah Indonesia menangani pandemi ini dengan buruk. Respons terhadap virus corona oleh pemerintah Indonesia, ditulis di media Australia, sangat mengerikan.
Pada masa awal pandemi, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan bahwa kekuatan doa akan melindungi negara. Kemudian Presiden Joko Widodo dikabarkan bahwa ada informasi yang dirahasiakan dari publik untuk menghindari terjadinya kepanikan.
Kemudian ada banyak pembatasan yang tertunda, larangan mudik yang tidak berhasil, tingkat pengujian yang buruk, dan sekarang pelonggaran pembatasan di saat jumlah kasus meningkat.
Butuh waktu hingga 2 Maret bagi pemerintah Indonesia untuk mengakui kasus pertamanya, meskipun banyak bukti awal yang menunjukkan hal sebaliknya.
Dilansir dari Sydney Morning Herald, pemerintah Indonesia sekarang dihadapkan pada dua pilihan: mengambil langkah-langkah yang jauh lebih kuat untuk menghentikan penyebaran penyakit, termasuk meningkatkan pengujian dan menerapkan kembali PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), atau terus bertabrakan dengan virus, dan mengorbankan ribuan nyawa.
Sementara perhatian dunia difokuskan pada Amerika Serikat (AS), India, Rusia, dan Brasil, yang mencatat angka infeksi rata-rata puluhan ribu setiap harinya, Indonesia bisa dibilang saat ini masih di bawah radar.
Selama delapan dari 10 hari terakhir (15-25 Juni), Indonesia mencatat lebih dari 1.000 infeksi baru setiap hari (hanya pada 21 dan 22 Juni infeksi di bawah 1.000). Dan para ahli epidemiologi khawatir jumlah kasus akan melewati 60.000 (saat ini 49.009) dalam dua minggu ke depan.
Selain itu, yang jauh lebih memprihatinkan dalam penanganan pandemi virus corona di Indonesia adalah tingkat pengujian Covid-19 yang masih sangat rendah dan tingkat kematian yang tinggi secara proporsional.
Sebagai perbandingan, dilansir dari Worldometer, Rusia berada di urutan ke-18 dunia dalam melakukan 107.445 tes per 1 juta orang. Kemudian AS berada di urutan ke-27, dengan 80.750 tes per 1 juta orang, Brasil berada di urutan 108 dengan 11.302 tes per 1 juta orang, dan India berada di urutan ke-138 dengan 4.530 tes per satu juta orang. Sementara Indonesia mendekam di peringkat 163, hanya melakukan 2.193 tes per satu juta orang.
Pada Kamis (18/6), Indonesia mencatat 1.331 infeksi baru dari hanya 10.381 orang yang dites. Hal itu menandakan bahwa tingkat infeksi di negara terbesar di Asia Tenggara itu hampir mencapai 13 persen.
Meskipun baru-baru ini, negara terpadat keempat di dunia itu, rumah bagi hampir 270 juta penduduk, melakukan 10.000 tes per hari, tapi angka itu masih terbilang kecil. Kapasitas pengujian tersebut baru menyamai jumlah tes di beberapa negara bagian Australia, seperti New South Wales (7,5 juta penduduk), dan Victoria (6,3 juta penduduk).
Secara resmi, 2.573 orang dilaporkan tewas di seluruh Indonesia, tetapi Gubernur Jakarta Anies Baswedan percaya bahwa lebih banyak orang yang meninggal karena virus hanya di wilayah ibu kota pada bulan Maret dan April saja.
Terlepas dari tren peningkatan infeksi yang jelas, banyak wilayah mulai melonggarkan pembatasan. Transportasi umum, penerbangan, pusat perbelanjaan, masjid dan gereja semuanya mulai dibuka kembali di kota-kota termasuk di Jakarta, meskipun setidaknya ada kecenderungan tingkat infeksi tampaknya melambat.
Di Bali yang mencatat 66 kasus pada Kamis (18/6), yang merupakan rekor harian baru, tetapi para pejabat malah mempertimbangkan untuk menyambut wisatawan yang kembali dari Cina, Korea Selatan, Jepang, dan Australia.
Keharusan ekonomi untuk menghidupkan kembali pariwisata tampaknya mendorong gagasan ini dan dorongan yang lebih luas untuk membuka kembali perekonomian.
Hal lain yang juga menjadi sorotan adalah jumlah anak yang meninggal karena virus corona. Aljazeera baru-baru ini melaporkan bahwa sekitar 550 anak Indonesia diyakini meninggal akibat Covid-19, dari sekitar 6.000-an yang diduga terpapar virus tersebut. (Aza)