Indonesiainside.id, New Delhi – Perdana Menteri India, Narendra Modi dilaporkan berkunjung ke wilayah Himalaya utara, Ladakh, pada Jumat (3/7). Kunjungan itu adalah yang pertama setelah pasukan India dan China bentrok di perbatasan mereka yang disengketakan, sehingga meningkatkan ketegangan antara kedua negara.
Modi, yang berada di bawah tekanan untuk menanggapi apa yang India anggap sebagai serangan China, bertemu dengan pasukan India di sebuah pangkalan di daerah Nimu di Ladakh. Para pejabat mengatakan, Modi didampingi oleh Kepala Staf Pertahanan, Jenderal Bipin Rawat, dan Kepala Pasukan, Jenderal Manoj Mukund Naravane.
India dan China saling menyalahkan karena memicu perkelahian di dataran tinggi di Lembah Galwan pada 15 Juni lalu, di mana 20 tentara India terbunuh dan setidaknya 76 lainnya terluka. Sementara China belum mengungkapkan berapa banyak korban yang diderita pasukannya.
Sebelumnya, dalam perselisihan dengan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) di empat titik di Ladakh Timur, India meningkatkan pengawasan di daerah itu menggunakan pesawat tak berawak (drone). Selain itu, battalion pasukan Polisi Perbatasan Indo-Tibet (ITBP) juga ditempatkan lebih banyak lagi ke wilayah tersebut, untuk mendukung tentara di Garis Kontrol Aktual (LAC) sepanjang 3.488 km itu.
Keputusan untuk menempatkan batalion ITBP untuk mendukung tentara diambil pada 20 Juni, setelah Direktur Jenderal Operasi Militer, India, Letjen Paramjit Singh dan Direktur Jenderal (ITBP dan BSF) S Deswal mengunjungi wilayah Leh untuk diberi pengarahan tentang situasi darat. Pejabat keamanan tinggi Pemerintah India diberi pengarahan oleh Komandan Korps XIV Letnan Jenderal Harinder Singh yang terlibat dalam bentrokan dengan pasukan Cina.
Dilansir dari laman hindustantimes.com, pemerintah India juga mengerahkan pasukan khusus ketinggian tinggi di sepanjang LAC untuk mengusir segala pelanggaran di sektor barat, tengah, atau timur.
Dengan pemerintah Narendra Modi memberikan mandat yang jelas kepada Angkatan Darat India untuk mengusir segala pelanggaran PLA di sepanjang LAC, militer dan Organisasi Riset Teknis Nasional (NTRO) diminta untuk mengerahkan lebih banyak drone pengintai di daerah tersebut sehingga wilayah pertempuran menjadi lebih transparan.
Selain itu, militer India juga diberikan izin pada tingkat tertinggi untuk mendatangkan lebih banyak drone lagi. Saat ini NTRO menggunakan Heron drone buatan Israel, yang punya daya tahan kuat dan mampu mencapai ketinggian menengah, untuk melakukan pengawasan teknis di wilayah tersebut.
Menurut pejabat pemerintah, pertambahan pasukan ITBP dilakukan untuk memastikan bahwa semua 65 unit patroli di sepanjang 1.547 km LAC di Ladakh Timur sepenuhnya berfungsi, sehingga tidak memungkinkan PLA untuk memperluas cakupan wilayahnya.
Seiring dengan ITBP, pasukan khusus, yang dilatih selama beberapa dekade terakhir untuk bertarung di front utara, kini didorong ke perbatasan. Tidak seperti PLA, yang bergerak dalam kendaraan tempur infanteri yang menggunakan jalan berlapis beraspal, pasukan gunung India dilatih dalam perang gerilya dan pertempuran di wilayah ketinggian, seperti yang ditunjukkan selama Perang Kargil 1999.
“Seni bertarung gunung adalah yang terberat. Pasukan dari Uttarakhand, Ladakh, Gorkha, Arunachal Pradesh, dan Sikkim beradaptasi dengan ketinggian, dan karenanya kemampuan mereka untuk bertempur adalah pertarungan jarak dekat. Artileri dan rudal harus memiliki akurasi atau kalau tidak mereka akan kehilangan sasaran di gunung sejauh bermil-mil,” kata seorang mantan kepala Angkatan Darat India.
Dataran tinggi Tibet berstruktur datar di sisi China, sedangkan di sisi India berstruktur pegunungan, mulai dari puncak K2 di Karakoram, ke Nanda Devi di Uttarakhand, ke Kanchenjunga di Sikkim, dan Namche Barwa melintasi perbatasan Arunachal Pradesh.
Para pejabat yang dikutip mengatakan bahwa India bersedia memainkan permainan panjang. “Batalion kita berbaris dengan pengangkut personel lapis baja dan artileri. India tidak akan memprovokasi atau memicu pertikaian apa pun tetapi akan membalas bentuk pelanggaran apa pun.Ini adalah pertempuran yang menegangkan dan India siap untuk menunggu, datang salju dan datang sinar matahari,” kata seorang menteri senior yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Sementara India dan China terlibat secara diplomatis untuk mendelegasikan situasi, instruksi kepada pasukan darat adalah untuk tidak mengizinkan pelanggaran oleh PLA dengan alasan apapun.
“Tentara PLA menggunakan kendaraan untuk mencapai pos mereka. Pasukan kita dilatih untuk mendaki dan kemudian bertarung. Berkat musuh di perbatasan barat dan utara, infanteri India mempelajari seni bertarung pada ketinggian tertinggi baik itu Siachen, Karakoram, Lipulekh atau Thag la,” kata seorang komandan militer senior. (NE)