Indonesiainside.id, Dhaka – Sejumlah petugas kesehatan Bangladesh ditangkap atas tuduhan menjual ribuan sertifikat negatif Covid-19 palsu, Jumat (10/7). Skandal ini picu keprihatinan warga, di saat negara itu tengah bergelut dengan lonjakan kasus virus corona.
Skandal itu terungkap setelah penggerebekan Batalyon Tindakan Cepat (RAB) di Rumah Sakit Regent di Dhaka. Rumah sakit swasta itu adalah salah satu fasilitas kesehatan yang dipilih oleh pemerintah untuk mengobati pasien Covid-19.
“Rumah sakit mengumpulkan lebih dari 10.000 sampel dan hanya menguji 4.200 sampel di berbagai fasilitas kesehatan pemerintah. Tetapi mereka mengeluarkan laporan Covid-19 untuk semuanya,” kata Letnan Kolonel Ashik Billah, juru bicara Unit Elit Anti-Kejahatan Kepolisian Bangladesh, kepada Arab News, Jumat (10/7).
Dia menambahkan bahwa otoritas Rumah Sakit Regent menyiapkan laporan virus corona palsu di laboratorium komputer di sebelah gedung rumah sakit.
“Kami juga mendapati izin rumah sakit itu berakhir pada 2014, dan mereka menjalankannya secara ilegal. Selain itu, mereka memungut biaya setidaknya $45 atau sekitar Rp630.000 untuk tes virus corona, dan juga membebankan biaya yang sangat besar untuk perawatan, padahal seharusnya gratis sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani dengan pemerintah pada akhir Maret,” ujar Billah.
Direktorat Jenderal Layanan Kesehatan (DJCK) menangguhkan semua operasional rumah sakit tersebut. Sembilan orang ditangkap tetapi Direktur Pelaksana dan pemilik rumah sakit, Mohammad Shahed, masih buron.
“Ketika negara pertama kali mendeteksi kasus Covid-19 pada awal Maret, itu adalah keadaan darurat dan pemerintah mendesak rumah sakit swasta untuk merawat pasien virus corona. Kami tidak mendapat banyak tanggapan di awal, kemudian otoritas rumah sakit Regent dan kami menandatangani perjanjian,” kata Dr Nasima Sultana, Direktur Jenderal tambahan DJCK, kepada Arab News.
Komisi Anti Korupsi (ACC) mengatakan bahwa mereka akan meluncurkan penyelidikan terhadap penyimpangan di Rumah Sakit Regent. “Pejabat Kementerian Kesehatan juga akan diperiksa sehubungan dengan kasus ini,” kata Sekretaris ACC, Dilwar Bakht.
Sementara itu, Bank sentral negara mengeluarkan perintah untuk membekukan semua rekening bank dari kelompok bisnis Mohammad Shahed (pemilik rumah sakit), sementara otoritas imigrasi mengeluarkan larangan meninggalkan Bangladesh.
Dalam kasus serupa pada 24 Juni, polisi menangkap lima anggota staf, termasuk kepala eksekutif JKG, sebuah perusahaan perawatan kesehatan swasta yang menerima akreditasi pemerintah untuk mengumpulkan sampel Covid-19 dari pasien di Dhaka dan Narayanganj.
Dipercaya bahwa mereka yang memproduksi sertifikat virus corona palsu melayani khusus untuk orang Bangladesh yang membutuhkan izin Covid-19 untuk bepergian ke luar negeri.
Ketua Otoritas Penerbangan Sipil Bangladesh, Mofidur Rahman, mengatakan kepada Arab News bahwa untuk mencegah penerbitan sertifikat palsu bagi para pelancong, laboratorium khusus harus didedikasikan untuk mengujinya.
Skandal sertifikat virus corona palsu terjadi pada saat Bangladesh sedang mencatat peningkatan pesat dalam jumlah kasus Covid-19. Setidaknya 178.000 orang dikonfirmasi terinfeksi virus corona pada Jumat (10/7), dan 2.275 dinyatakan meninggal karena Covid-19. (Msh)