Indonesiainside.id, Manila – Presiden Rodrigo Duterte secara keliru menyarankan penduduknya untuk mendisinfeksi masker wajah dengan bensin, Selasa (21/7). Pejabat Kesehatan Filipina dengan cepat mengoreksi pernyataan tersebut, Rabu (22/7).
Sebelumnya, Duterte menyarankan zat yang sangat mudah terbakar sebagai pengganti cairan disinfektan yang sesuai, untuk membersihkan perlengkapan pelindung diri.
“Pada akhirnya, gantung masker di suatu tempat dan semprotkan dengan Lysol jika Anda mampu membelinya,” kata Duterte. “Untuk orang yang tidak memiliki Lysol, basahi dengan bensin atau solar, dan anak kurang ajar bernama Covid itu pasti menyerah. Temukan saja bensin, dan celupkan tangan Anda dengan masker di dalamnya.”
Namun Pada Rabu (22/7), Wakil Menteri Kesehatan negara itu Maria Rosario Vergeire segera mengoreksi pernyataan Duterte, dengan mengatakan bahwa presiden sedang bercanda dan bahwa penduduk tidak boleh menerima saran itu dengan serius.
“Anda tahu bagaimana presiden berbicara. Itu mungkin salah satu leluconnya, terutama tentang bensin,” kata Vergeire kepada wartawan saat briefing berita secara online. “Sebagai gantinya masker kain harus dicuci setiap hari, setelah setiap kali digunakan. Itu harus dicuci, dan dikeringkan di bawah sinar matahari.”
Pejabat kesehatan juga memperingatkan agar tidak mencuci atau menggunakan kembali masker bedah dan masker N95. “Masker itu memiliki komponen, mekanisme penyaringan tertentu yang ketika dicuci akan dianggap tidak efektif terhadap penyaringan virus, itulah sebabnya mereka tidak boleh dicuci. Setelah digunakan, atau dalam waktu delapan jam, masker tersebut harus dibuang atau diganti,” kata Vergeire.
Duterte memiliki sejarah pidato yang ngawur, di mana ia kerap menyampaikan pidato yang keras, ofensif, atau membingungkan. Pada April lalu, ia bersumpah akan ‘mengubur’ para pengunjuk rasa yang memprotes lockdown virus corona. Dan tahun lalu, ia mengklaim menyembuhkan dirinya dari menjadi gay.
Dilansir Fox News, Filipina bergulat dengan kasus virus corona yang melonjak selama Juli ini. Negara itu melaporkan lebih dari 72.200 kasus virus corona serta lebih dari 1.840 kematian akibat Covid-19, menurut data Universitas Johns Hopkins. (ASF)