Indonesiainside.id, Ankara–Kepala parlemen Turki pada hari Sabtu (15/8) mengecam perjanjian baru antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel untuk menormalisasi hubungan. Normalisasi antara Israel dan UEA dinilai sebagai tindakan memalukan dan mengkhianati perjuangan Palestina.
“Tindakan tercela membuat kesepakatan dengan Israel, yang menduduki wilayah Palestina bertentangan dengan hukum internasional dan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan mengkhianati perjuangan Palestina,” kata Ketua Parlemen Turki Mustafa Sentop. “Saya mengutuk Uni Emirat Arab dari sini.”
Partai yang berkuasa di Turki pada hari Sabtu (15/08) mengkritik kesepakatan normalisasi ini. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di Twitter mengatakan tindakan normalisasi UAA dan Israel sebagai “bunuh diri politik” terhadap perjuangan Palestina.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan UEA dan Israel pada Kamis, dalam sebuah langkah yang diklaim mencegah rencana kontroversial Israel untuk mencaplok sebagian besar Tepi Barat yang diduduki. Sebuah pernyataan bersama dari AS, UEA, dan Israel mengatakan “terobosan” akan mempromosikan “perdamaian di kawasan Timur Tengah dan merupakan bukti diplomasi dan visi yang berani dari ketiga pemimpin,” mengacu pada Trump, Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed al-Nahyan, dan Netanyahu.
Israel akan “menangguhkan” rencana untuk mencaplok bagian Tepi Barat yang diduduki “dan memfokuskan upayanya sekarang pada perluasan hubungan dengan negara-negara lain di dunia Arab dan Muslim,” menurut pernyataan itu. “Amerika Serikat, Israel dan Uni Emirat Arab yakin bahwa terobosan diplomatik tambahan dengan negara lain dimungkinkan, dan akan bekerja sama untuk mencapai tujuan ini,” tambahnya.
Perkembangan itu menandai ketiga kalinya sebuah Negara Arab membuka hubungan diplomatik penuh dengan Israel, dan Emirates sekarang menjadi Negara Teluk Arab pertama yang melakukannya. Negara Arab lainnya yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel adalah Mesir dan Yordania.
Sementara AS dan Israel menjadikan keberhasilan UEA untuk mendekati dunia Arab lain, warga Palestina menganggap tindakan UEA sebagai sebuah penghianatan. Warga Palestina hari Jumat (14/8) menyatakan kekecawaannya menyusul normalisasi ini.
Para tokoh-tokoh Palestina, dari Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, organisasi Fatah sekuler, sampai kelompok moderat menyatakan kekecewaanya. Bahkan pemimpin Hamas yang gigih melawan penjajahan, mereka mengatakan apa yang dilakukan UEA adalah bentuk pengkhianatan. (NE)