Indonesiainside.id, Colombo– Pemerintah Sri Lanka ingin segera menerapkan larangan penyembelihan sapi, dalam tindakan yang dipandang bertujuan untuk menunjukkan dukungan terhadap pengaruh Buddha di antara partai yang berkuasa. Kebijakan ini dinilai kaum minoristas Muslim upaya baru memprovokasi komunitas mereka, kutip Nikkei Asia.
Menurut pemerintah Sri Landa, pelarangan akan berlanjut setelah mengidentifikasi metode yang dapat digunakan untuk menjaga kesejahteraan ternak yang terlibat saat sudah tua. Di negara tetangga India, larangan penyembelihan sapi oleh pemerintah nasionalis Hindu telah menyebabkan hewan tua berkeliaran di sekitar jalan, mengganggu lalu lintas dan banyak korban kekerasan pada kaum Muslim.
Sementara Muslim India diserang dengan kekerasan, larangan Rajapaksa atas penyembelihan ternak kemungkinan besar akan merugikan pekerjaan dan pendapatan Muslim Sri Lanka.
Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa telah menerima dukungan yang luar biasa dari kelompok dan biksu Buddha garis keras serta kelompok Hindu yang menentang konsumsi daging karena keyakinan agama. Persetujuan parlemen atas larangan yang diusulkan telah ditunda hingga bulan depan.
Sebanyak 9,7% pemeluk Islam tinggal di negeri itu, mereka percaya bahwa larangan tersebut menargetkan mereka. Muslim merupakan kelompok minoritas terbesar kedua di Sri Lanka, setelah Tamil, 12,6% dari populasi.
Mujibur Rahman, seorang anggota parlemen Muslim yang mewakili partai oposisi Samagi Jana Balawegaya, prihatin bahwa larangan Mahinda Rajapaksa bukanlah tentang mengikuti ajaran Buddha. “Jika mereka mengikuti kebijakan Sang Buddha, maka mereka harus melarang penyembelihan semua hewan dan tidak hanya ternak,” katanya.
“Jadi, ini bukan tentang kebijakan Sang Buddha. Sebaliknya, ini adalah kebijakan Mahinda Rajapaksa.”
Sri Lanka telah mengalami penurunan konsumsi daging dalam beberapa tahun terakhir, terutama umat Hindu dan Budha yang tidak makan daging karena faktor agama. Industri ini telah menyusut selama beberapa tahun terakhir, dengan hanya 29.870 ton daging yang diproduksi tahun lalu, dibandingkan dengan 38.700 ton pada dekade sebelumnya.
Sektor ini didominasi oleh komunitas Muslim, yang menyumbang 10 persen dari 21 juta penduduk Sri Lanka. Sekitar 70 persen populasi negara itu beragama Buddha sementara 12,5 persen lainnya beragama Hindu.
Juru bicara Kementerian Media dan Informasi Keheliya Rambukwella dikutip AFP mengatakan, begitu skema perawatan diterapkan, pemotongan sapi akan dilarang secara nasional. Namun impor daging sapi yang tahun lalu hanya berjumlah 116 ton masih diperbolehkan. (NE)