Indonesiainside.id, Terter – Serangan balik pasukan Azerbaijan yang berhasil di wilayah Karabakh telah memperkuat harapan rakyat wilayah itu akan dapat kembali ke tanah mereka yang dirampas oleh penjajah Armenia 30 tahun yang lalu.
Mantan penduduk Karabakh Atas, yang juga dikenal dengan nama Nagorno-Karabakh, yang meninggalkan rumah mereka antara tahun 1991-1994 untuk tinggal di permukiman di perbatasan barat Azerbaijan, serta ibu kota Baku, kini mulai kembali ke tanah mereka.
Sebagian besar khawatir bahwa gencatan senjata pada akhirnya tidak akan menyelesaikan penderitaan mereka, berharap Nagorno-Karabakh dibebaskan sepenuhnya dari pasukan Armenia.
“Saya tidak pernah bisa melupakan Karabakh. Saya hidup dengan harapan kembali ke tanah kelahiran saya,” kata Ali Memedov, yang kehilangan ibu dan saudara laki-lakinya akibat serangan Armenia di Kalbajar pada 1992.
“Pasukan Armenia membunuh ibu dan saudara laki-laki saya di rumah dan menawan ayah dan saudara perempuan saya. Mayat ibu dan saudara laki-laki saya tetap di dalam rumah selama 39 hari dan dimakamkan pada hari yang ke-40 di Kalbajar. Ayah dan saudara perempuan saya dibebaskan setelah 40 hari kemudian berkat intervensi Azerbaijan,” ungkap Memedov.
Setelah konflik antara 1991 dan 1994, Azerbaijan membangun rumah bagi para “migran Karabakh” yang sebelumnya harus tinggal di kamp-kamp.
Hubungan antara dua bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki wilayah Azerbaijan di Karabakh Atas.
Bentrokan tersebut dimulai ketika pasukan Armenia menargetkan pemukiman sipil Azerbaijan dan posisi militer di wilayah tersebut, yang menyebabkan korban jiwa.
Banyak kekuatan dunia, termasuk Rusia, Prancis, dan AS, mendesak gencatan senjata baru. Turki, sementara itu, telah mendukung hak Baku untuk membela diri dan menuntut penarikan pasukan pendudukan Armenia.
Empat Dewan Keamanan PBB dan dua resolusi Majelis Umum PBB, serta banyak organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan pendudukan.
OSCE Minsk Group – diketuai bersama oleh Prancis, Rusia dan AS – dibentuk pada tahun 1992 untuk menemukan solusi damai untuk konflik tersebut, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata pun disetujui pada tahun 1994. (Aza/AA)
selamat azarbaijan menang. warga bisa pulang kampung