Indonesiainside.id, Paris – Seorang pria ditembak mati oleh polisi di kota Avignon Prancis. Lelaki yang membunuh seorang pejalan kaki itu diduga anggota kelompok sayap kanan anti-Muslim, lapor media lokal pada Jumat.
Tersangka ditembak mati pada Kamis sekitar pukul 11 pagi di distrik Montfavet di selatan kota itu. Pelaku memegang pistol di jalan, dan mengancam penjaga toko asal Afrika Utara.
Polisi mendekati dan meminta pria itu menjatuhkan senjatanya, dan menggunakan tembakan flash-ball untuk menundukkannya. Namun, petugas polisi menembak tersangka ketika dia tak menuruti instruksi tersebut.
Laporan awal pada Kamis di media lokal dan internasional secara keliru mengklaim bahwa tersangka adalah seorang “Islamis” yang meneriakkan “Allahu Akbar” di jalanan.
Sumber polisi mengatakan kepada harian Prancis Le Figaro bahwa tersangka telah menjalani perawatan kejiwaan dan diyakini sebagai anggota kelompok sayap kanan Generation Identitaire.
Namun, jaksa mengesampingkan untuk melakukan penyelidikan terkait terorisme untuk motif yang berpotensi.
Generation Identitaire adalah kelompok anti-migran, xenophobia, Identitas Generasi, yang telah menarik kaum muda melalui media sosial, mengeksploitasi ketakutan atas pengungsi dan terorisme.
Anggota utamanya telah menyebarkan gagasan supremasi kulit putih dan teori konspirasi anti-Muslim dan rasis.
Menurut laporan media lokal, tersangka berusia 33 tahun itu mengenakan jaket neo-Nazi dengan logo “Bela Eropa”.
Sejak Kamis Prancis menghadapi dua insiden teror lainnya dan menjadi rangkaian kekerasan di negara tersebut.
Serangan brutal terjadi pada Kamis pagi di Nice dengan penikaman fatal terhadap dua wanita dan satu pria di Basilika Notre Dame de l’Assumption.
Salah satu wanita itu digorok lehernya. Polisi pun menangkap penyerang, yang dirawat di rumah sakit akibat luka tembak.
Di lokasi serangan, Presiden Emmanuel Macron menyebut insiden itu sebagai “serangan teroris Islamis.”
Para pemimpin komunitas Muslim di Prancis mengutuk serangan teror baru-baru ini, serta menekankan bahwa ekstremis menyalahgunakan agama untuk tujuan mereka dan tindakan mereka tidak dapat dibenarkan dalam Islam.
Juga pada Kamis, seorang pria lain yang memegang pisau ditangkap di Lyon dekat stasiun kereta Perrache.
Seorang pria lain menyerang seorang penjaga keamanan dengan pisau di Konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi, yang menyebabkan korban luka-luka.
Kantor Kejaksaan Anti-Terorisme Nasional membuka penyelidikan, dan Perdana Menteri Jean Castex pada Kamis menempatkan Prancis pada siaga anti-terorisme tingkat darurat. (Aza/AA)