Indonesiainside.id, Istanbul – Ulama ternama asal Turki, Fethullah Gülen mengecam peristiwa pembunuhan guru di Prancis dan juga penikaman yang menewaskan tiga orang di sebuah gereja di Nice. Gulen menyayangkan para pelaku yang menggunakan simbol-simbol agama karena justru tindakan mereka jelas-jelas jauh dari tuntunan nabi yang damai dan penuh kasih sayang.
“Saya mendengar bahwa telah terjadi sebuah pembunuhan atas Samuel Paty secara sangat sadis di sebuah daerah di Paris baru-baru ini dan kabar ini amat mengguncang kedalaman hati saya,” ujarnya, seperti dilansir tr724.com, dikutip Selasa(3/11).
Gulen juga terkejut dan mengaku sedih dengan peristiwa penikaman secara keji di sebuah lokasi ibadah di Nice. Penyerangan dengan pisau itu menewaskan tiga orang, dua di antaranya meninggal di dalam gereja.
“Betapa pedihnya bahwa saya merasa sangat terperangah saat mendengar bahwa di sebuah kota lain di Prancis, di sebuah tempat ibadah, pada saat ibadah dilakukan, juga terjadi penyerangan dengan pisau yang berakhir dengan pembunuhan bengis,” katanya.
“Saya ingin mengungkapkan secara terbuka, bahwa kenyataan ketika para pelaku pelanggaran pada dua peristiwa ini menggunakan argumen-argumen Islami sebagai slogan-slogan agama, lebih membuat kesedihan saya semakin dalam,” ujarnya lagi.
Kekerasan sampai kapan pun sama sekali tak bisa disetujui.
Menurutnya, dapat dipahami bahwa kaum muslimin yang meyakini dan menghormati semua nabi dan rasul yang datang dan pergi sejak zaman Nabi Adam, mengharapkan adanya sikap penghormatan dari lawan bicaranya terhadap Sayyidina Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi wa sallam).
Sebuah hal khusus yang dapat dipahami jika ada rasa terganggu saat mendapati ungkapan dan tindakan tak pantas terhadap Beliau dan tentu saja selalu ada cara-cara positif untuk mengungkapkan perasaan terganggu ini pada dasar, diplomasi dan aturan-aturan hukum kemanusiaan.
“Dalam hal ini, sampai kapan pun terlibat dalam kekerasan sama sekali tak bisa disetujui,” katanya.
Tak bisa dipantaskan dengan Islam
Apapun keyakinannya manusia adalah seorang makhluk yang terhormat; kehidupan manusia adalah sesuatu yang mulia. “Meremehkan kemuliaan kehidupan manusia ini, sama sekali tak bisa dipantaskan untuk dikaitkan baik pada Islam maupun pada kemanusiaan,” katanya.
Ditegaskannya, kekasaran dan kebrutalan bukanlah jalan nabi. Terutama apapun sebabnya, kekasaran dan kebrutalan, bukanlah jalan para nabi dan sekalipun terkelabui di balik kiswah agama sekalipun hal itu tak mungkin dipandang sebagai sebuah aktivitas yang akan dikabulkan oleh Islam.
“Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu bersikap penuh cinta kasih dan toleransi pada mereka yang menghina serta melecehkan dirinya, dan Beliau pernah menghadapi segala macam bentuk musuh,” katanya.
Ketika keadaan seperti itu, lanjutnya, menunjukkan kekejaman atas nama Rasulullah, adalah ungkapan paling jelas atas ketidakmampuan untuk mengambil manfaat dari pesan-pesan Beliau yang mencakup seluruh kemanusiaan, dan pada saat yang sama adalah sebuah penghinaan besar di hadapan warisan Beliau.
“Dengan perantaraan kejadian ini, sekali lagi saya melaknat segala bentuk teror, pada siapa pun yang melakukan dan dengan maksud apapun,” tegasnya.
Dalam serangan ini, yang sekali lagi menunjukkan kebutuhan kita akan hari-hari ketika setiap orang memperlakukan satu sama lain dengan penuh rasa hormat dan cinta, saling berpelukan tanpa memperdulikan perbedaan kepercayaan, bahasa dan warna kulit, berpadu erat di sekitar nilai-nilai universal.
Di sisi lain rasa belasungkawa diungkapkan pada kerabat dari mereka yang kehilangan nyawanya. “Saya ingin berbagi kesedihan terutama bagi rakyat Prancis serta dengan semua yang memandang dirinya sebagai individu dari keluarga kemanusiaan.”tuturnya. (EP)