Indonesiainside.id, Yangon– Myanmar berharap pemilu hari ini akan memenangkan Aung San Suu Kyi. Reputasi Suu Kyi di luar negeri tercoreng menyusul krisis Rohingya yang berlarut-larut hingga kini, kutip AFP.
Jutaan pemilih akan memberikan suara pada Ahad (8/11) dalam pemilihan umum kedua Myanmar sejak berakhirnya junta militer 50 tahun yang lalu pada 2011. Pemungutan suara diadakan meskipun ada kekhawatiran penindasan yang dilakukan partai oposisi dan pencabutan hak minoritas, termasuk etnis Rohingya.
Pemilu ini akan memperebutkan 1.171 kursi nasional dan regional. Ini akan menjadi pemilu kedua sejak 2011 setelah hampir setengah abad negara itu berada di bawah pemerintahan militer.
Lima tahun lalu, Partai Liga Demokratik Nasional (NLD) pimpinan Suu Kyi harus tunduk pada Konstitusi dengan menandatangani perjanjian pembagian kekuasaan dengan militer, meski telah meraih kemenangan besar. Para pemimpin publik sekarang mencoba membela mayoritas absolut dengan meminta orang-orang untuk memberikan suara meskipun ada kekhawatiran atas penyebaran Covid-19.
“Setiap pemilih menggambar sejarahnya sendiri, sejarah pemilihan kami dan negara kami,” kata Suu Kyi dalam video yang diunggah di halaman Facebook-nya.
Lebih dari 37 juta pemilih dari populasi 56 juta akan menentukan nasib kandidat yang mewakili lebih dari 90 partai.
Militer yang punya posisi kuat di negara itu mendapat 25% kursi parlemen tanpa pemilu. Militer akan mengontrol kementerian utama termasuk masalah dalam negeri dan memiliki hak veto pada masalah konstitusional.
Meningkatnya kasus Covid-19 dalam beberapa bulan terakhir telah memaksa negara tersebut untuk menerapkan lockdown dan kampanye pemilihan online. Namun, Suu Kyi yang berjuang keras memberantas pandemi Covid-19 menolak untuk menunda pemilihan.
Pihak berwenang mengizinkan warga senior, termasuk Suu Kyi, 75, dan presiden untuk memberikan suara sebelumnya, sementara warga memberikan suara di daerah pemilihan sementara. Pengamat International Crisis Group, memperingatkan bahwa penyelenggaraan pemilu akan berdampak serius pada kesehatan masyarakat. (NE/AA)