Indonesiainside.id, Jakarta – Perdana Menteri India Narendra Modi telah meyakinkan para petani bahwa reformasi di sektor agraria ditujukan untuk membantu mereka, karena ribuan petani melanjutkan protes mereka terhadap tiga undang-undang baru untuk merombak pengadaan dan penjualan produk.
“Reformasi akan membantu menarik investasi di bidang pertanian dan menguntungkan petani,” kata Modi pada pertemuan tahunan Federasi Kamar Dagang dan Industri India di New Delhi, Sabtu (12/12).
“Tujuan dari semua reformasi pemerintah adalah untuk menyejahterakan petani,” katanya seraya menambahkan bahwa sektor swasta harus membantu meningkatkan sektor pertanian negara.
Tetapi para petani yang memprotes khawatir undang-undang baru itu pada akhirnya akan membongkar pasar yang diatur India dan menghentikan pemerintah untuk membeli gandum dan beras dengan harga yang terjamin, membiarkan mereka bergantung pada pembeli swasta.
Sedikitnya 30 serikat petani secara aktif memprotes UU baru tersebut. Serikat pekerja mengatakan undang-undang baru diperkenalkan tanpa konsultasi dan mereka takut kehilangan pendapatan dan perlindungan atas harga yang dijamin.
Pembicaraan antara pemimpin serikat petani dan pejabat pemerintah telah gagal untuk memecahkan kebuntuan, dengan para petani menuntut pembatalan sepenuhnya undang-undang baru tersebut.
Terlepas dari jaminan terbaru Modi, ribuan petani mencoba memasuki New Delhi dari negara-negara tetangga untuk mendesak pencabutan undang-undang baru tersebut.
“Kami berencana untuk memprotes secara damai,” kata Balbir Singh Rajewal, presiden Persatuan Bharatiya Kisan (Serikat Petani India).
“Pemerintah harus menerima tuntutan kami jika mereka ingin kami menghentikan protes kami.”
Pada acara yang sama, Menteri Perdagangan Piyush Goyal mengatakan pemerintah berkomitmen untuk menggandakan pendapatan petani dan “agitasi petani yang terus menerus disusupi oleh kaum kiri dan Maois”.
Pertanian India menyediakan mata pencaharian bagi hampir 70 persen dari 1,3 miliar penduduk negara itu dan menyumbang sekitar 15 persen dari ekonomi $ 2,7 triliun.
“Revolusi Hijau” dari tahun 1960-an mengubah India dari negara yang sering mengalami kekurangan pangan menjadi negara dengan surplus – dan eksportir utama.
India membagikan sekitar $ 32 miliar dalam bentuk subsidi kepada petani setiap tahun, menurut kementerian keuangan.
Tetapi selama beberapa dekade terakhir, pendapatan pertanian sebagian besar tetap stagnan dan sektor ini sangat membutuhkan investasi dan modernisasi.
Lebih dari 85 persen petani memiliki lahan kurang dari dua hektar (lima hektar).
Kurang dari satu dari 100 petani memiliki lebih dari 10 hektar, menurut survei kementerian pertanian 2015-16.