Indonesiainside.id, Jakarta – Inggris bukan satu-satunya negara yang memiliki varian baru virus corona. Para ilmuwan di Afrika Selatan mengumumkan bahwa mereka dan organisasi kesehatan dunia (WHO) sedang menyelidiki mutasi virus corona yang menyebabkan kasus Covid-19 melonjak di sebagian besar negara itu,
Dilansir oleh BBC, Rabu(23/12), disebut sebagai 501.V2, varian baru virus corona ini ditemukan oleh tim ilmuwan yang dipimpin oleh Kwazulu-Natal Research Innovation and Sequencing Platform (KRISP).
Pada 18 Desember, Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize, mengatakan bahwa 501.V2 tampaknya menginfeksi lebih banyak anak-anak muda ketimbang gelombang virus sebelumnya.
“Para dokter telah memberikan bukti dari pergeseran gambaran epidemiologi klinis – khususnya, mereka melihat proporsi yang lebih besar dari pasien yang lebih muda tanpa penyakit penyerta, yang datang dengan penyakit kritis,” kata Mkhize dalam konferensi pers.
Varian baru virus corona di Afrika Selatan ditemukan awal bulan ini, ketika para ilmuwan memperhatikan sejumlah mutasi selama pengawasan rutin virus.
Sejauh ini Afrika Selatan mencatat 24.000 kematian akibat Covid-19 dan peningkatan kasus harian meningkat dua kali lipat dalam dua pekan terakhir.
Menurut data kementerian kesehatan, jumlah kasus Covid-19 di Afrika Selatan mencapai 921.000 kasus pada 21 Desember, dengan 24.000 kematian.
Pumza Filhani, koresponden BBC di Afrika Selatan, mengatakan varian virus corona 501.V2 tampaknya tak berkaitan dengan varian baru yang ditemukan di Inggris, yang telah memicu kekhawatiran di seluruh dunia.
Akan tetapi, varian itu memang memiliki satu mutasi penting dalam cara virus menempel pada sel manusia – dan para ilmuwan menduga hal itu menjadi alasan di balik penularan virus ini yang lebih cepat.
Mutasi tak berarti menyebabkan virus lebih mematikan
Trudy Lang, profesor kesehatan global di Universitas Oxford, Inggris, menjelaskan bahwa mutasi virus adalah hal yang biasa terjadi, namun perubahan ini tak serta merta membuat virus menjadi lebih mematikan.
“Di bawah sudut pandang evolusi, virus perlu bermutasi sehingga dapat menyebar ke lebih banyak orang. Virus yang berhasil adalah yang menyebar lebih mudah,” katanya kepada BBC.
“Kematian inang bukanlah kepentingan virus.”ujarnya lagi.
Menteri kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize, mengatakan 501.V2 tampaknya menginfeksi lebih banyak anak muda ketimbang virus gelombang sebelumnya.
Dalam pernyataannya kepada wartawan pada 18 Desember, Profesor Abdool Karim, ketua komisi penasihat menteri Afrika Selatan, mengatakan 501. V2 mendominasi temuan kasus-kasus baru di negaranya.
“Masih terlalu dini, tapi pada tahap ini, data awal menunjukkan virus yang kini mendominasi pada gelombang kedua menyebar lebih cepat ketimbang gelombang pertama,” ujar Karim.
“Belum jelas apakah gelombang baru ini akan mengakibatkan lebih banyak atau [lebih sedikit] kematian. Kami belum belum melihat sinyal-sinyal masalah pada informasi kami tentang kematian saat ini.”
Para peneliti di Inggris mengatakan virus yang bermutasi di negara itu 70% lebih cepat menyebar ketimbang varian virus corona sebelumnya.
Para pakar di Afrika Selatan mengatakan mereka masih mengumpulkan data terkait kecepatan penyebaran varian baru ini.
Kendati begitu, peningkatan kasus harian di negara itu meningkat dua kali lipat pada periode 6 Desember – 20 Desember, merujuk pada data Kementerian Kesehatan.
Pada 14 Desember, pemerintah mengumumkan vaksinasi akan dimulai “awal tahun depan”, sebagai bagian dari program yang dikoordinasikan oleh WHO.
Peraturan baru untuk mencegah penyebaran Covid-19 termasuk penutupan pantai di Afrika Selatan.
Varian baru virus corona di Afrika Selatan pertama kali ditemukan di provinsi Eastern Cape. Sejak itu, virus ini menyebar ke dua wilayah lain, yakni Western Cape dan Kwazulu-Natal.
Afrika Selatan baru-baru ini memasuki gelombang kedua virus corona, yang berujung pada pengetatan peraturan demi memperlambat penyebaran penyakit, termasuk penutupan beberapa pantai utama.
Semakin banyak negara kini menerapkan penangguhan penerbangan dari Afrika Selatan, seperti yang telah terjadi dengan Inggris.
Negara-negara itu temasuk Jerman dan Swiss, sementara El Salvador telah melarang setiap pelancong yang berada di Afrika Selatan dalam 30 hari terakhir.(EP/BBC)