Indonesiainside.id, Jakarta – Perekonomian Filipina mengalami koreksi hingga 9,5 persen sepanjang tahun 2020 seiring dengan dampak pandemi Covid-19, ditambah dengan sejumlah bencana alam seperti letusan gunung berapi Taal dan serangkaian topan yang melanda negeri itu.
Kondisi ini menjadi resesi ekonomi terburuk Filipina sejak pencatatan dimulai tahun 1946.
Badan Statistik Filipina pada Kamis menyatakan meski Produk Domestik Bruto (PDB) menyusut hingga -9,5 persen secara tahunan pada 2020, tapi secara kuartal menunjukkan penurunan yang berkurang dari bulan-bulan awal pandemi.
Pada kuartal IV-2020, PDB Filipina turun -8,3 persen secara tahun-ke-tahun atau year on year.
Dalam konferensi pers virtual, ahli statistik Filipina Claire Dennis Mapa menjelaskan pendapatan PDB setahun penuh secara aktual mencapai batas atas dari perkiraan pemerintah, yakni minus 8,5-9,5 persen sepanjang tahun lalu.
Sebelum koreksi pertumbuhan PDB di tahun 2020 ini, resesi terburuk terjadi pada 1984, ketika ekonomi Filipina menyusut sebesar 7 persen saat memudarnya kediktatoran Presiden Fredinand Marcos yang dibebani krisis utang.
Resesi ekonomi yang terjadi di tahun 2020 ini kian menghambat pertumbuhan ekonomi Filipina selama 21 tahun berturut-turut setelah terjadi penurunan PDB setahun penuh di tahun 1998, sebesar 0,5 persen, periode ketika terjadi puncak krisis keuangan Asia.
Filipina menjadi negara paling terdampak Covid-19 kedua di Asia Tenggara dengan infeksi mencapai lebih dari 518 ribu kasus dan total kematian mencapai lebih dari 10.400 kasus.(EP/AA)