Indonesiainside.id, Jakarta – Markus Soeder, Perdana Menteri Negara Bagian Bavaria, Jerman selatan, pada Minggu (31/1) menyerukan kepada otoritas Eropa untuk mempertimbangkan penggunaan vaksin buatan China dan Rusia demi meringankan masalah kekurangan pasokan saat ini.
“Otoritas pengawasan Eropa juga harus menguji vaksin buatan Rusia dan China sesegera mungkin,” ungkap Soeder dalam wawancaranya dengan surat kabar Jerman, Die Welt.
Dia menuturkan bahwa “keseluruhan legitimasi strategi (penanggulangan) coronavirus akan bergantung pada seberapa cepat kita dapat mengatasi permasalahan vaksinasi tersebut.”
Gubernur Bavaria itu, yang juga menjabat sebagai ketua Partai Kristen Sosialis (Christian Social Union/CSU), dikenal karena tindakannya yang tegas dan praktis dalam membendung pandemi di negara bagian di Jerman selatan itu.
Seruan Soeder ini muncul saat Eropa terlibat dalam perselisihan yang semakin sengit dengan produsen obat-obatan AstraZeneca terkait kekurangan pengiriman vaksin. Pasokan vaksin buatan Pfizer-BioNTech juga lebih sedikit dari perkiraan.
Banyak negara di Eropa yang telah menangguhkan atau bahkan menghentikan program imunisasi coronavirus mereka akibat kekurangan vaksin.
Di Jerman, warga negara harus mengalami penundaan vaksinasi setidaknya 10 pekan, menurut perkiraan dari kementerian kesehatan federal.
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn pada hari yang sama juga menyampaikan dirinya terbuka untuk penggunaan vaksin dari Rusia atau China di Jerman, seiring debat soal ketersediaan vaksin semakin memanas.
“Jika sebuah vaksin (terbukti) aman dan efektif, tidak peduli dari negara mana (vaksin) itu diproduksi, maka tentu saja dapat membantu dalam mengalahkan pandemi,” ujar Spahn kepada media lokal.(EP/xh)