Indonesiainside.id, Dhaka— Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) mengarahkan kembali bantuan sebesar 42,4 juta AS Dolar pada hari Jumat sebagai tanggapan atas tindakan militer Myanmar yang merupakan kudeta. Badan tersebut mengatakan daripada mendukung militer, mereka akan mengarahkan dana untuk mendukung orang, masyarakat sipil.
“Sebagai akibat [kudeta militer], USAID segera mengalihkan 42,4 juta AS DOlar bantuan dari pekerjaan yang akan menguntungkan Pemerintah Burma. Daripada mendukung militer, kami akan mengarahkan dana ini untuk mendukung dan memperkuat masyarakat sipil, ”kata pernyataan lembaga yang diberikan oleh Kedutaan Besar AS di Dhaka.
Presiden AS Joe Biden menggambarkan kudeta itu sebagai “serangan langsung terhadap transisi negara menuju demokrasi dan supremasi hukum,” katanya. “Orang-orang Burma telah berjuang terlalu lama dan membuat terlalu banyak pengorbanan bagi militer untuk menghapus kemajuan ini dengan cara yang tidak demokratis,” tambahnya.
USAID akan terus mendukung rakyat Burma dengan sekitar 69 juta AS Dolar dalam program bilateral, katanya.
AS juga akan terus memberikan bantuan kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa Rohingya dan populasi rentan lainnya termasuk di negara bagian Chin, Kachin, Rakhine dan Shan, serta wilayah tersebut, lanjut pernyataan itu. Dukungan USAID kepada rakyat Burma menjadi lebih penting dari sebelumnya karena kami bersama-sama bekerja menuju masyarakat yang lebih demokratis, akuntabel, dan inklusif.
AS memberi sanksi kepada 10 pejabat militer Myanmar pada Kamis atas peran mereka dalam menggulingkan pemerintah sipil. Di antara mereka yang ditunjuk adalah Panglima Tertinggi Min Aung Hlaing, dan wakilnya Soe Win.
Penahanan Suu Kyi
Militer Myanmar mengumumkan keadaan darurat 1 Februari, beberapa jam setelah menahan pemimpin de facto dan Penasihat Negara Suu Kyi serta anggota senior Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berkuasa. Kudeta terjadi beberapa jam sebelum sesi pertama parlemen baru negara itu dijadwalkan untuk bersidang menyusul pemilihan umum pada November, di mana NLD memperoleh kemenangan besar.
Militer mengklaim kudeta itu dilakukan karena “kecurangan pemilihan” dalam jajak pendapat yang dikatakan mengakibatkan dominasi NLD di parlemen. (NE/AA)