Indonesiainside.id, Jakarta – Gempa berkekuatan magnitudo 7,3 menghantam lepas pantai Jepang timur, Sabtu (13/2). Bencana alam ini melukai lebih dari 100 orang dan menyebabkan padam listrik, tetapi tidak ada kerusakan berarti.
Gempa kuat itu berpusat di lepas pantai prefektur Fukushima mencapai kedalaman hingga 60 km, demikian Badan Meteorologi Jepang. Gempa menggoyang bangunan selama beberapa saat, tak lama setelah pukul 11:00 malam waktu setempat.
Rumah dan perkantoran di ibu kota Tokyo, yang berjarak ratusan kilometer dari pusat gempa, ikut bergetar. Tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan.
Sementara itu, lebih dari 100 orang terluka. Operasional kereta cepat dihentikan di sebagian besar wilayah timur laut Jepang pada Minggu, setelah kawasan itu diguncang gempa besar Sabtu (13/2) malam.
Gempa berkekuatan 7,3 skala Richter (SR) yang terjadi pada Sabtu sesaat sebelum tengah malam itu menyebabkan dinding retak dan kaca pecah, serta mengakibatkan longsor di Fukushima—wilayah terdekat ke episentrum gempa.
Gempa tersebut juga mengakibatkan guncangan pada bangunan di Ibu Kota Tokyo, yang jaraknya ratusan kilometer dari pusat gempa. Menurut laporan televisi nasional NHK, sedikitnya 104 orang mengalami luka, termasuk patah tulang, namun tidak ada laporan korban jiwa.
Tidak terjadi pula tsunami, serta tidak ada laporan mengenai ketidakwajaran pada pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Fukushima. Bagaimanapun, peristiwa itu mengingatkan pada gempa dahsyat 11 Maret 2011 yang mengakibatkan tsunami dan kecelakaan PLTN di kawasan yang sama.
Layanan kereta cepat Shinkanshen menuju kebanyakan wilayah bagian utara Jepang ditangguhkan karena terjadi kerusakan pada jalurnya, dan kemungkinan belum dapat berfungsi hingga Selasa (16/2).
Meskipun semalam sambungan listrik ke ratusan ribu rumah dan bangunan terputus sesaat setelah gempa, yang terjadi pukul 23.08 waktu setempat, pagi ini kebanyakan sambungan listrik telah kembali menyala.
Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO) memastikan tidak ada juga gangguan di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi dan Daini, atau di PLTN Kahiwazaki-Kariwa. Disebutkan pula bahwa tidak ada perubahan tingkat radiasi di sekitar PLTU tersebut.
Namun, beberapa ribu rumah masih dalam kondisi tanpa air, dan para warga mengantre sambil membawa wadah plastik untuk mendapatkan air bersih dari truk pemasok air. Gempa bumi biasa terjadi di Jepang, sebagai daerah dengan aktivitas seismik paling tinggi di dunia. Sekitar 20 persen gempa berkekuatan 6 SR atau lebih di seluruh dunia terjadi Jepang.
Tidak Ada Korban dari WNI
Kedutaan Besar RI (KBRI) memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) di Jepang yang menjadi korban gempa. “KBRI Tokyo telah menjangkau simpul-simpul masyarakat dan sejauh ini tidak terdapat laporan WNI yang menjadi korban,” kata KBRI Tokyo dalam sebuah keterangan, Ahad (14/2).
Pemerintah Jepang telah melakukan pemeriksaan atas Reaktor Nuklir Fukushima, dan sejauh ini tidak ada laporan kerusakan. KBRI Tokyo menyebut bahwa jumlah WNI di Jepang tercatat 66.084 orang, berdasarkan data keimigrasian Jepang per Juni 2020.
Sementara di wilayah yang paling terdampak gempa, tercatat sekitar 1.500 WNI, dengan rincian di Fukushima 540 orang dan di Miyagi 984 orang. KBRI menyatakan “akan terus berkomunikasi dengan simpul-simpul masyarakat” untuk memantau perkembangan dari peristiwa ini, serta menyediakan layanan telepon di +81 80 3506 8612 dan +81 80 4940 7419. (Aza/Ant)