Indonesiainside.id, Paris–Amnesty International pada Kamis menggelar demonstrasi di Paris menyerukan kepada Prancis agar melarang ekspor senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) atas pelanggaran hak asasi manusia di Yaman. Pada 2017, Parlemen Eropa mengadopsi resolusi tidak mengikat yang menyerukan embargo senjata terhadap Arab Saudi.
Demonstrasi, yang akan berlanjut setiap hari Kamis hingga 25 Maret, adalah bagian dari kampanye memperingati 6 tahun konflik di Yaman dan upaya menyoroti keterlibatan Prancis dalam krisis kemanusiaan terburuk di dunia, kata rilis Amnesty France di website-nya.
Para pengunjuk rasa memegang spanduk bertuliskan slogan-slogan “Diam! kami mempersenjatai”, “Kemunafikan Prancis”, dan “Yaman tidak bisa menunggu”. Kelompok hak asasi manusia itu mengatakan tujuan dari aksi protes mingguan adalah untuk meningkatkan kesadaran di antara masyarakat umum “tentang risiko penjualan senjata Prancis.”
Dengan melanjutkan penjualan senjata ke Arab Saudi dan UEA, negara-negara yang terlibat dalam konflik ini, Prancis menanggung risiko karena produknya digunakan melawan warga sipil,” ungkap Amnesty International.
Yaman dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota Sanaa.
Koalisi pimpinan Saudi yang bertujuan memulihkan pemerintah Yaman telah memperburuk situasi, menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia dengan 233.000 orang tewas, hampir 80 persen atau sekitar 30 juta membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan, dan lebih dari 13 juta berhadapan dengan bahaya mati kelaparan, menurut laporan PBB.
Tahun berikutnya, beberapa anggota parlemen Prancis meminta penyelidikan atas penjualan senjata Prancis kepada para aktor konflik di Yaman. Sementara permintaan tidak dipenuhi dan Prancis tidak menangguhkan ekspor senjata ke negara-negara Teluk yang berpartisipasi di Yaman.
Komite Urusan Luar Negeri Majelis Nasional Prancis meluncurkan misi pencarian fakta tentang pengendalian ekspor senjata. (NE/AA)