Indonesiainside.id, Washington – Beberapa infrastruktur milik militan hancur setelah pasukan AS melancarkan serangan udara di Suriah timur hari Kamis, kutip Kantor Berita Sputnik mengutip Juru bicara Departemen Pertahanan AS, John Kirby. Atas perintah Presiden Biden, pasukan AS hari Kamis melakukan serangan udara menargetkan infrastruktur militan yang didukung Iran di Suriah timur.
“Atas arahan Presiden (Joe) Biden, pasukan militer AS sebelumnya malam ini melakukan serangan udara terhadap infrastruktur yang digunakan oleh kelompok militan yang didukung Iran di Suriah timur,” kata John Kirby dalam sebuah pernyataan. “Presiden Biden akan bertindak untuk melindungi personel Amerika dan Koalisi. Pada saat yang sama, kami telah bertindak dengan cara yang disengaja yang bertujuan untuk menurunkan situasi keseluruhan baik di Suriah timur dan Irak, ”kata Kirby dikutip Reuters.
Serangan itu sebagai tanggapan atas serangan baru yang menargetkan pasukan Amerika dan sekutunya di Irak, dan ancaman yang berkelanjutan ke lokasi. “Banyak pusat kendali perbatasan yang digunakan sejumlah kelompok militan termasuk Kata’ib Hezbollah (KH) dan Kata’ib Sayyid al-Shuhada (KSS) dihancurkan,” kata Kirby, Kamis.
TV Ekhbariya milik pemerintah Suriah mengatakan serangan itu terjadi pada dini hari terhadap beberapa sasaran di dekat perbatasan Suriah-Irak, dan mengutip sumber medis di sebuah rumah sakit di daerah itu dan sumber-sumber lokal lain yang tidak disebutkan mengatakan 17 orang telah tewas. Jumlah korban itu tidak dapat dikonfirmasi secara independen.
Keputusan Biden untuk menyerang hanya di Suriah dan bukan di Irak, setidaknya untuk saat ini, memberi pemerintah Irak ruang bernafas saat melakukan penyelidikannya sendiri terhadap serangan 15 Februari yang melukai orang Amerika.
Setelah serangan udara, para menteri luar negeri Iran dan Suriah berbicara dan menggarisbawahi “perlunya Barat untuk mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Suriah,” kata situs pemerintah Iran Dolat.ir.
Sebelumnya, CBS News dan media lainnya melaporkan serangan udara tersebut, mempertanyakan mengapa itu terjadi di Suriah dan bukan di Irak. (NE)