Indonesiainside.id, Manila— Presiden Filipina Rodrigo Duterte memecat mantan duta besarnya untuk Brasil, Marichu Mauro. Mauro dipecat setelah sebuah video menunjukkan dia melecehkan seorang pembantu di kediaman resminya, dekat Brasilia.
“Saya menandatangani dokumen yang menegaskan keputusan itu. Keputusan itu menjatuhkan hukuman pemecatan dari dinas dengan tambahan hukuman,” kata Duterte pada Senin (1/3), dalam sebuah pidato di televise sebagaimana dikutip laman Rappler.
Duterte mengatakan dia menandatangani surat pemecatan Mauro sehari sebelumnya. Selanjutnya Mauro diperintahkan untuk kembali ke Manila akhir tahun lalu setelah jaringan televisi Brasil GloboNews mengungkapkan rekaman kamera keamanan selama delapan bulan yang menunjukkan tindakannya asusila memukul korban berulang kali. Duterte dalam siaran televisi mengatakan bahwa mantan duta besar itu kini dipecat dari dinasnya di luar negeri.
Pemecatan itu membuat Mauro kehilangan tunjangan pensiunnya sebagai pegawai negeri. Departemen Luar Negeri mengeluarkan dakwaan resmi terhadap Mauro pada awal November, disertai dengan memo kepada Duterte tentang kasus tersebut, kutip Rappler.
Menurut GloboNews, pekerja Filipina itu bekerja di kediaman resmi duta besar di ibu kota Brasil. Rekaman video pelecehan antara Maret dan Oktober tahun lalu digunakan sebagai bukti dalam pengaduan yang dibuat kepada pemerintah Filipina atas pelanggaran Mauro.
Mauro dipanggil pulang pada Oktober 2020 setelah rekaman video muncul tentang dia secara fisik melecehkan pembantu rumah tangganya. Rekaman menunjukkan diplomat berpangkat tinggi itu memukul pembantu rumah tangganya yang berusia 51 tahun, menjambak rambut dan telinganya setidaknya pada 4 kesempatan terpisah.
Mauro adalah tokoh yang bertanggung jawab atas misi ke Kolombia, Guyana, Suriname, dan Venezuela. Hingga saat ini, Mauro belum memberikan tanggapan atau komentar apapun diminta tanggapan oleh AFP terkait pemecatannya tersebut.
Jutaan orang Filipina memilih bekerja di luar negeri, termasuk sebagai pembantu rumah tangga karena berbagai masalah di negara tersebut. Salah satunya upah rendah, pengangguran tinggi dan kesempatan kerja yang sangat terbatas.
Namun, banyak dari mereka menghadapi kesulitan, termasuk mereka yang terlibat dalam penganiayaan fisik, terutama yang melibatkan pemberi kerja asing, kutip AFP. (NE)