Indonesiainside.id, Istanbul–Ratusan perempuan Muslim Uighur di Turki menggelar pawai Hari Perempuan Internasional di sepanjang Selat Bosphorus hari Senin. Mereka menuntut penutupan kamp penjara besar di Xinjiang, China, kutip AFP.
Para pengunjuk rasa meneriakkan ‘hentikan genosida’ dan ‘tutup kamp’ saat mereka berbaris dalam jarak beberapa ratus meter dari konsulat China di Istanbul. “Pemerkosaan adalah kejahatan terhadap kemanusiaan,” tulis salah satu poster, mengacu pada laporan BBC yang menuduh pemerkosaan sistemik dan sterilisasi paksa terhadap perempuan di kamp cuci-otak tersebut.
China mengklaim kamp tersebut adalah pusat pelatihan kejuruan yang bertujuan memerangi terorisme. Kelompok hak asasi percaya setidaknya satu juta orang Uighur dan beberapa minoritas Muslim lainnya dipenjara di kamp-kamp yang terletak di Xinjiang.
Sebagian besar pengunjuk rasa mengibarkan bendera biru yang merupakan simbol negara Turkestan Timur yang dinyatakan sebagai kelompok separatis Uighur. Etnis Uighur berbicara bahasa Turki dan memiliki budaya yang terkait dengan negara tersebut, yang menjadikan Turki tujuan utama bagi mereka untuk menghindari tindakan di Xinjiang.
Namun, sebagian besar dari 50.000 komunitas Uighur khawatir ketergantungan Ankara pada investasi China dan vaksin virus corona dapat membahayakan status mereka di Turki. (NE)