Indonesiainside.id, Yangon – Sekitar 114 orang tewas dibunuh oleh pasukan keamanan Myanmar, Sabtu (27/3) yang disebut sebagai hari paling mematikan sejak pengambilalihan militer negara itu bulan lalu. Jumlah itu termasuk anak-anak kata kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
“Mereka membunuh kami seperti burung atau ayam, bahkan di rumah kami,” kata Thu Ya Zaw kepada kantor berita Reuters di pusat kota Myingyan.
“Kami akan terus memprotes.”
Tindakan keras mematikan itu terjadi ketika pengunjuk rasa pro demokrasi tetap turun ke jalan dan mengabaikan ancaman junta militer pada peringatan Hari Angkatan Bersenjata.
Kekerasan terbaru membuat jumlah yang terbunuh dalam penindasan terhadap aksi protes di Myanmar sejak kudeta 1 Februari menjadi lebih dari 400 orang.
Sebelumnya, TV pemerintah menyiarkan pengumuman pada malam hari yang mengatakan bahwa orang-orang “harus belajar dari tragedi kematian yang buruk sebelumnya, dan bahwa siapapun bisa ditembak di kepala dan punggung”.
Pada pagi harinya pasukan keamanan mengerahkan kekuatan untuk mencegah aksi unjuk rasa.
Gambar yang dibagikan di media sosial menunjukkan orang-orang dengan luka tembak dan keluarga yang berduka.
Direktur Jaringan Hak Asasi Manusia Burma di Inggris mengatakan kepada BBC bahwa militer telah menunjukkan “tidak ada batasan, tidak ada prinsip”.
“Ini pembantaian, bukan lagi tindakan keras,” kata Kyaw Win.
Tindakan keras yang menggunakan peluru tajam dilaporkan terjadi di lebih dari 40 lokasi di seluruh negeri.
Situs berita lokal Myanmar Now menyebutkan jumlah korban tewas 114, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan menerima laporan tentang “puluhan tewas” dan ratusan lainnya terluka.
AAP mengatakan di antara korban tewas adalah seorang gadis berusia 13 tahun yang ditembak mati di dalam rumahnya.
Di kota utama Yangon, pusat kebudayaan AS menjadi sasaran tembakan pada hari Sabtu. Kedutaan Besar AS mengatakan tembakan itu tidak menyebabkan kondisi serius.
Para saksi dan sumber mengatakan kepada BBC Burma tentang kematian pengunjuk rasa di kota-kota dan kotapraja Magway, Mogok, Kyaukpadaung dan Mayangone.
Kematian juga dilaporkan di Yangon dan di jalan-jalan kota terbesar kedua Mandalay, di mana para pengunjuk rasa membawa bendera NLD dan memberi hormat tiga jari anti-otoriter.
Sementara itu, kelompok etnis bersenjata di timur Myanmar mengatakan jet militer telah menargetkan wilayah yang dikuasainya. Pemboman dilakukan beberapa jam setelah kelompok itu disebutkan menyerbu sebuah pos militer dekat perbatasan Thailand. (EP)