Indonesiainside.id, Paris– Jumlah pasien Covid-19 yang sakit parah di Prancis mencapai level tertinggi sejak November, menurut data otoritas kesehatan yang dirilis pada Senin (29/3), saat pemerintah negara itu sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan pembatasan guna mengendalikan lonjakan kembali virus tersebut.
Menurut data tersebut, saat ini ada 4.974 pasien Covid-19 yang dirawat di unit perawatan intensif (intensive care unit/ICU), melampaui puncak gelombang epidemi kedua yang mencatatkan 4.903 pasien, tetapi masih di bawah rekor lebih dari 7.000 pasien yang dilaporkan pada April tahun lalu.
Sementara itu, jumlah rawat inap Covid-19 bertambah 610 pasien, peningkatan harian terbesar dalam lebih dari empat bulan, sehingga menjadi 28.322 pasien.
Pada Ahad (28/3), 41 dokter rumah sakit di wilayah Paris menandatangani artikel di surat kabar mingguan Le Journal du Dimanche, yang mengatakan “semua indikator menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diterapkan saat ini belum dan tidak akan cukup untuk membalikkan dengan cepat kurva penularan yang mengkhawatirkan.”
“Kami sudah tahu bahwa kapasitas kami untuk memberikan perawatan akan kewalahan,” tulis mereka. “Kami akan terpaksa memilih di antara para pasien demi menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa.”
Prancis mengonfirmasi 9.094 kasus baru Covid-19 pada Senin, menambah total kasus nasional menjadi 4.554.683. Jumlah kematian di negara itu bertambah menjadi 94.956. Meskipun jumlah kasus infeksi Covid-19 meningkat, pemerintah enggan memberlakukan karantina wilayah (lockdown) penuh ketiga dan tetap membuka sekolah.
Mereka memilih pendekatan di tingkat regional dengan memerintahkan aturan yang lebih ketat di zona berisiko tinggi dengan toko-toko nonesensial ditutup, dan orang-orang diminta untuk bekerja di rumah serta tidak bepergian ke daerah lain. Sebelumnya pada hari yang sama, Menteri Ekonomi Bruno Le Maire mengatakan kondisi kesehatan memburuk dan “semua opsi sudah disiapkan untuk menjamin keamanan kesehatan rakyat Prancis.”
“Jika langkah-langkah tambahan harus diambil, itu akan diambil. Pemerintah terus menyesuaikan rencananya sesuai realitas situasi kesehatan dengan mencoba mengombinasikan kehidupan sosial dan ekonomi,” katanya kepada France Info. (NE/xh/ant)