Indonesiainside.id
No Result
View All Result
  • Home
  • Populer
  • Pemilu 2024
  • News
  • Ekonomi
  • Risalah
  • Narasi
  • Home
  • Populer
  • Pemilu 2024
  • News
  • Ekonomi
  • Risalah
  • Narasi
Indonesiainside.id
Home Headline

Ramadhan Suram Bagi Minoritas Muslim Myanmar di Tengah Ancaman Genosida

Oleh INI Network
Selasa, 27/04/2021 14:06
Korban yang ditembak tentara di masjid Mandalay pada hari pertama Ramadan.

Korban yang ditembak tentara di masjid Mandalay pada hari pertama Ramadan.

FacebookTwitterWhatsapp

Indonesiainside.id, Yangon – Ramadan kali ini menyisakan trauma mendalam bagi warga muslim yang berada di salah satu jalan di tengah kota Yangon, tempat banyak warga Muslim bermukim. Mereka tidak bisa menunaikan hak-hak asasinya untuk beribadah di tengah ancaman desingan peluru militer Myanmar.

Pada pekan pertama Ramadan lalu, banyak warga yang melayat seorang pemuda yang ditemukan tergantung di masjid dengan kondisi dipakaikan baju perempuan. Tidak ada keterangan resmi apa yang terjadi namun di media sosial, warga banyak membicarakan apa yang terjadi adalah aksi militer.

Daw Zi termasuk di antara yang melayat pemuda yang sering menjaga masjid itu.

“Sangat menyedihkan dan sangat sulit kondisi di sini…Pemuda itu sendiri di masjid saat ditangkap dan meninggal,” kata Daw Zi, bukan nama sebenarnya, perempuan berusia 35 tahun, seperti dilansir laman BBC News Indonesia.

Baca Juga:

DPR Pertanyakan Sikap Pemerintah Atas Nasib Pengungsi Rohingya

Senat AS Diminta Hentikan Bantuan Dana ke Apartheid Israel

Warga Muslim yang tinggal di seputar tempat tinggalnya itu termasuk orang Myanmar sendiri, orang Rohingya dan Muslim dari Asia selatan.

“Kami takut ke masjid pada malam hari. Tak ada yang berani. Kami pulang ke rumah sebelum maghrib dan melakukan tarawih di rumah. Kami buka puasa juga di rumah. Tak aman salat di masjid,” tambah perempuan keturunan Rohingya ini kepada wartawan BBC News Indonesia, Endang Nurdin.

Kabar yang terjadi di Mandalay pada hari pertama Ramadan juga terdengar oleh mereka di Yangon.

Seorang pria berusia 28 tahun meninggal ketika tentara melepaskan tembakan ke arah masjid Maha Aungmyay, Mandalay, ketika pria itu tengah tidur, setelah beribadah di masjid, menurut Myanmar Now, media online independen.

Media ini mengutip para saksi mata yang mengatakan tentara langsung melepaskan tembakan dan Ko Htet, pemuda itu, ditembak, di dada dan meninggal di tempat.

Daw Ma Aye, perempuan berusia pertengahan 20an, yang tinggal di Yangon mendengar kabar ini dan mengatakan, “Kami sama sekali tak aman. Mereka seolah memberi kami kebebasan semu yang dapat diambil kapan saja.”

“Akan selalu ada penahanan tak terduga-duga tanpa alasan apapun. Jadi sama sekali tak aman untuk salat di masjid,” katanya lagi kepada BBC News Indonesia.

Selain Daw Zi, dan Daw Ma Aye, anak muda Muslim lain, U Jee, bukan nama sebenarnya, juga merasa was-was dan selalu berwaspada, dan takut menjadi incaran.

“Tidak, kami tak bisa tarawih karena jam malam. Namun militer juga secara rutin dan random memeriksa masjid. Mereka dapat menahan orang yang berkunjung ke masjid dan membuat orang takut pergi ke masjid, karena itu sejumlah masjid tutup,” cerita U Jee.

“Selama siang hari, sebelum buka puasa, orang-orang di tengah kota mencoba menjual makanan di tengah situasi penuh risiko dan bahaya. Mereka perlu menjual sesuatu untuk menyambung hidup.”

“Setelah jam 19:00 malam, semuanya tutup, orang-orang di dalam rumah dan berdiam. Sepanjang malam, banyak polisi dan tentara yang berpatroli di seputar tengah kota,” tambahnya.

Daw Zi, Daw Ma dan U Jee termasuk anak-anak muda yang ikut serta dalam protes besar yang pecah setelah militer melancarkan kudeta pada 1 Februari lalu.

Cecep Yadi, seorang warga Indonesia yang berteman baik dengan ketiganya saat tinggal di Yangon, mengatakan kondisi saat ini benar-benar traumatis buat semua.

“Ramadan tahun lalu sangat peaceful (damai) yah… Aktifitas seperti biasa… Tempat belanja, pasar, restoran buka seperti biasa.. Warga Muslim juga berpuasa dengan lancar dan damai,” kata Cecep.

Namun dalam dua bulan terakhir, anak-anak muda Myanmar, tak terkecuali termasuk yang Muslim berada dalam kondisi kekhawatiran.

“Mereka benar-benar trauma dan sedih, melihat orang meninggal setiap hari, di depan mata… Meninggal karena disiksa, dibunuh oleh polisi dan tentara,” kata Cecep Yadi, yang meninggalkan Myanmar akhir Maret.

Today in Mandalay the fascist military attacked three mosques, killed a man & injured 4 ppl who’re inside the mosque compound. The Fascist military have been targeting minority religions and killing indiscriminately. @RapporteurUn @ahmedshaheed @Milktea_Myanmar @cvdom2021 #Burma pic.twitter.com/AbRlV9kgsf

— Kyaw Win (@kyawwin78) April 15, 2021

“Saya sendiri sangat trauma dua bulan di zona perang, menyaksikan apa yang terjadi dan dengan perjuangan keluar dari Myanmar. Kesedihan dan trauma terberat yang pernah saya alami,” tambah Cecep.

Ia mengatakan upaya untuk keluar dari negara itu cukup berat dengan surat dari KBRI dan penjagaan tentara di polisi sampai ke bandara.

Protes besar yang diikuti ribuan orang di banyak kota di Myanmar sepanjang Maret lalu dibalas militer dengan kekerasan dan menyebabkan paling tidak 700 orang meninggal, termasuk puluhan anak-anak, sementara banyak lainnya ditahan.

Tambah suram bila militer mendapat kekuasaan lebih

Ronan Lee, seorang pengamat dari International State Crime Initiative – komunitas yang meneliti dokumen kejahatan negara – mengatakan kondisi Muslim di Myanmar khususnya warga Rohingya akan “tetap suram.”

Lee mengatakan kondisi Muslim Rohingya akan semakin parah bila junta mendapatkan kekuasaan lebih.

Ia mengatakan, seperti dikutip South China Morning Post, mereka “sangat rentan atas penyiksaan lebih lanjut oleh militer.”

Tak banyak orang yang berjualan seperti Ramadan pada tahun-tahun sebelumnya.

Lee, yang juga penulis buku Myanmar’s Rohingya Genocide: Identity, History and Hate Speech, mengatakan sering matinya internet dan penahanan para wartawan juga membuat kondisi lebih sulit untuk mengangkat nasib warga Rohingya.

Nasir Zakaria, direktur eksekutif Rohingya Culture Centre yang berkantor di Chicago, Amerika Serikat, memperingatkan bahwa warga Muslim Rohingya berada “di ambang bahaya besar.”

“Tidak ada cara untuk melindungi mereka. Militer sangat kuat. Orang Rohingya bisa ditahan, dibunuh, diculik dan diperkosa,” kata Nasir.

Sementara Ronan Lee mengatakan kekejaman yang dihadapi warga sipil Rohingya pada 2017 termasuk pembunuhan, penahanan, perkosaan dan mereka sama sekali tak berdaya menghadapi tentara dengan senjata lengkap.

Lee mengatakan sekitar 140.000 warga Rohingya dikumpulkan di kamp konsentrasi di negara bagian Rakhine, tempat mereka dipaksa tinggal sejak 2012.

Ia mengatakan mereka yang berada di luar kamp menjalani apa yang ia sebut “sistem aparteid” dengan pembatasan bergerak termasuk ke desa-desa sekitarnya, akses pendidikan, kesehatan dan bekerja juga terbatas.

“Genosida yang didokumentasikan oleh PBB tak berubah banyak dalam tahun-tahun terakhir ini dan di desa-desa Rohingya terlihat kemiskinan dan ketakutan terhadap militer,” kata Lee mengacu pada laporan PBB pada 2019 tentang kondisi Rohingya.

Dalam laporan itu PBB menyimpulkan terjadi “risiko serius aksi genosida akan kembali terjadi.”

Sejak kudeta 1 Februari lalu, para pengamat mengatakan mayoritas etnis Bamar lebih bersimpati atas nasib warga Rohingya.

Salah satu kelompok sipil bulan lalu bahkan berjanji untuk mencari keadilan bagi kelompok minoritas itu. Tetapi tak banyak yang mereka lakukan untuk melindungi Rohingnya dari militer.

Nay San Lwin, pendiri Free Rohingya Coalition – jaringan global para aktivis Rohingya – menyatakan kekhawatiran bahwa pemimpin militer Min Aung Hlaing, yang merebut kekuasaan dari pemerintahan sipil pimpinan Aung San Suu Kyi, akan meluncurkan kekerasan lagi terhadap warga Rohingya.

“[Min Aung Hlaing] pernah mengatakan bahwa krisis Rohingya adalah masalah yang belum selesai sejak Perang Dunia II,” kata Nay San Lwin.

Bagi Daw Zi dan teman-temannya, anak-anak muda Myanmar, di tengah ketidakpastian ini, ia hanya mengatakan, “Kami tak tahu apa yang akan terjadi namun kami tetap ingin demokrasi untuk kebebasan.”(BBC/Red)

 

Tags: aksi demogenosidakudeta MiliterMyanmarrohingya
Previous Post

Kudeta Militer Membuat Layanan Kesehatan di Myanmar Nyaris Kolaps

Next Post

Satu Anggota Polisi Gugur, Dua Luka dalam Baku Tembak dengan Kelompok KKB di Papua

Rekomendasi Berita

Presiden Erdogan: Sedikitnya 912 Meninggal dan Ribuan Luka Akibat Gempa di Turkiye
Headline

Presiden Erdogan: Sedikitnya 912 Meninggal dan Ribuan Luka Akibat Gempa di Turkiye

06/02/2023
Haedar Nashir: Beda Awal Syawal dan Zulhijjah Jangan Jadi Sumber Perpecahan
Headline

Haedar Nashir: Beda Awal Syawal dan Zulhijjah Jangan Jadi Sumber Perpecahan

06/02/2023
Gubernur Jabar Keluarkan Surat Edaran untuk Batasi Mobilitas Antardaerah
Headline

Awal Lebaran Muhammadiyah dan Pemerintah Bisa Berbeda Tahun Ini

06/02/2023
Inkonsistensi Aturan Picu Rendahnya Minat Investasi Tambang
Headline

DPR: Presiden Jokowi Jangan Lembek ke Freeport

06/02/2023
Bupati Zaki Gunduli Brandalan yang Bikin Onar di Kabupaten Tangerang
Headline

Bupati Zaki Gunduli Brandalan yang Bikin Onar di Kabupaten Tangerang

06/02/2023
Satpol PP Kabupaten Tangerang Amankan 10  Anak Punk
Headline

Satpol PP Kabupaten Tangerang Amankan 10  Anak Punk

06/02/2023

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

Presiden Erdogan: Sedikitnya 912 Meninggal dan Ribuan Luka Akibat Gempa di Turkiye

Presiden Erdogan: Sedikitnya 912 Meninggal dan Ribuan Luka Akibat Gempa di Turkiye

06/02/2023 23:00
Erha Clinic Bantu Operasi Katarak Gratis dan Pendidikan di Papua

Erha Clinic Bantu Operasi Katarak Gratis dan Pendidikan di Papua

06/02/2023 22:46
Haedar Nashir: Beda Awal Syawal dan Zulhijjah Jangan Jadi Sumber Perpecahan

Haedar Nashir: Beda Awal Syawal dan Zulhijjah Jangan Jadi Sumber Perpecahan

06/02/2023 20:31
Gubernur Jabar Keluarkan Surat Edaran untuk Batasi Mobilitas Antardaerah

Awal Lebaran Muhammadiyah dan Pemerintah Bisa Berbeda Tahun Ini

06/02/2023 19:31

Berita Populer

Dishub Kabupaten Tangerang Akan Uji Coba ATCS di Simpang 4 Pasar Kemis

05/02/2023 21:17

IDEAS: 108 Lembaga Zakat Bukan Tak Berizin tapi Tak Diberi Izin

06/02/2023 16:39

ICW Menilai Perpanjangan Masa Jabatan Kades Bentuk Kesesatan Pikir

04/02/2023 16:18

Perpanjangan Masa Jabatan Kades Rentan Penyimpangan dan Korupsi

04/02/2023 19:24

Ikuti Kami

  • Tahun 2023 adalah Tahun Kelinci Air. Dianggap Memiliki arti khusus
yang dianggap bisa memberikan pesan untuk melewati tahun ini. Apa saja arti dari kelinci air? Simak infografis berikut.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#imlek #tahunbaruimlek #imlek2023 #chinesenewyear #tahunkelinci2023 #kelinciair #tahunkelinciair #infografis #indonesiainside
  • Semoga tahun baru imlek membawa berkah, kesehatan dan keberuntungan bagi kita semua.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#tahunbaruimlek #chinesenewyear #imlek #imlek2023 #tahunbaruchina #tahunkelinciair #tahunkelinci #indonesiainside
  • Komunitas motor gede meminta pemerintah untuk melegalkan pengendara moge melintas di jalan tol. Simak penjelasannya ya!

Simak info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#moge #motogede #mogemasuktol #jalanraya #motor #jalantol #indonesiainside
  • Pemprov DKI Jakarta tahun ini berencana menerapkan Electronic Road Pricing (ERP) untuk mengurai kemacetan. Seluruh kendaraan bermotor akan dikenakan tarif ketika melintas di ruas tertentu.

Simak info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#jalanberbayar #jalanraya #dkijakarta #indonesiainside #jalanjakarta
  • Dari kita untuk kita, menanam pohon sama dengan menanam harapan untuk kehidupan lebih baik.

Simak info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#gerakansatujutapohon #pohon #menanampohon #indonesiainside
  • Pemerintah telah menyepakati dan menetapkan Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023 melalui SKB 3 Menteri yaitu Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1066/2022, Nomor 03/2022 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#harilibur #liburnasional #hariliburnasional #tanggalmerah #jadwallibur2023 #libur2023 #2023 #indonesiainside
Indonesiainside.id

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
No Result
View All Result
  • Home
  • Pemilu 2024
  • News
    • Nasional
    • Politik
    • Hukum
    • Humaniora
    • Internasional
    • Nusantara
  • Ekonomi
  • Metropolitan
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Tekno
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
  • Serba-serbi
    • Podcast
    • Foto
    • Infografis
    • Videografis
  • Media Monitoring
  • Berita Populer
  • Indeks Berita
  • Download Apps

© 2022 MediatrustPR. All right reserved