Indonesiainside.id, Yerusalem – Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas pada Kamis malam mengumumkan bahwa pemilihan nasional Palestina pertama dalam 15 tahun akan ditunda tanpa batas waktu.
Pemungutan suara akan ditunda sampai Israel setuju untuk mengizinkan warga Yerusalem Timur Palestina untuk berpartisipasi, Abbas mengatakan pada konferensi para pejabat senior Palestina. Keputusan tersebut secara luas diartikan bahwa pemilu tidak akan diadakan sama sekali di masa mendatang.
“Kami telah memutuskan untuk menunda pemilihan legislatif sampai partisipasi [penduduk] Yerusalem dipastikan,” kata Abbas dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan tersebut.
Israel belum secara terbuka mengambil sikap tentang masalah pemungutan suara warga Palestina di Yerusalem Timur, yang dijajahnya.
Warga Palestina telah dijadwalkan untuk memberikan suara untuk Dewan Legislatif Palestina pada 22 Mei, untuk pertama kalinya sejak 2006. Pemilihan presiden dijadwalkan menyusul pada 31 Juli, untuk pertama kalinya sejak 2005.
Demonstrasi kecil dan tersebar terjadi di Gaza dan di Ramallah tepat sebelum keputusan diumumkan. Di Alun-alun al-Manara Ramallah di pusat kota, beberapa lusin warga Palestina menyerukan “hak mereka atas kotak suara.”
Abbas berjanji untuk menciptakan “pemerintahan persatuan nasional” dalam masa peralihan. Tetapi faksi-faksi utama Palestina, termasuk kelompok Hamas dan Jihad Islam, memboikot pertemuan hari Kamis itu untuk mengantisipasi keputusan untuk menunda pemungutan suara.
Abbas menyatakan otoritas Israel belum menanggapi permintaan Palestina untuk melakukan pemilihan di Yerusalem Timur, sehingga pemungutan suara tidak mungkin dilakukan. Wilayah Palestina di Yerusalem Timur dan Kota Tua, yang diduduki Israel dari Yordania pada tahun 1967, merupakan ibu kota negara Palestina di masa depan, dan mengatakan mereka tidak akan mengadakan pemilihan tanpa itu.
(Red)