Indonesiainside.id, Jakarta – Profesi jurnalis termasuk pekerjaan yang sangat rentan terpapar Covid-19. Menjelang Hari Kebebasan Pers Sedunia pada 3 Mei nanti, organisasi Press Emblem Campaign (PEC) bahwa pandemi Covid-19 telah merenggut nyawa lebih dari 1.208 jurnalis.
“Wartawan terlibat dalam profesi yang secara khusus berhadapan risiko terpapar virus, karena banyak yang dipaksa untuk terus bekerja dalam kontak dengan penduduk,” kata PEC dalam sebuah pernyataan.
Di Brasil, lebih dari 183 jurnalis meninggal dunia akibat Covid-19. Brasil adalah negara yang paling terpukul, diikuti oleh Peru 140 jurnalis, India 121 jurnalis, dan Meksiko 106 jurnalis. “Situasinya sangat mengkhawatirkan di India: dalam dua minggu terakhir, setidaknya 50 jurnalis meninggal karena terpapar virus, rata-rata 3,5 setiap hari.”
“Kematian puluhan jurnalis India sangat memilukan,” kata Sekretaris Jenderal PEC Blaise Lempen, yang mengatakan laporan itu mencakup 14 bulan dari Maret 2020 hingga 29 April.
Menurut Lempen, peristiwa ini adalah pembantaian yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kerugian besar bagi profesi wartawan. “Pada kesempatan Hari Kebebasan Pers Sedunia, kami menyerukan untuk menghormati rekan-rekan dari segala usia yang telah menyerah pada pandemi,” kata dia.
PEC meminta pemerintah untuk membantu media yang paling terkena dampak dan mendukung keluarga para korban dalam rangka Hari Kebebasan Pers Sedunia. PEC yang berbasis di Jenewa mengatakan, pihaknya menganggap ada kebutuhan untuk mendistribusikan vaksin secara merata di seluruh dunia untuk menghentikan penyebaran virus dan varian baru di negara berkembang.
“Produksi vaksin terbatas, dan tersedia untuk negara-negara terkaya, sehingga menghalangi akses jurnalis di Amerika Selatan dan Asia Selatan,” kata Lempen.
Berdasarkan wilayah, Amerika Latin menempati urutan teratas dengan lebih dari setengah korban, 673 di 20 negara. Asia menyusul dengan 254 di 18 negara, kemudian Eropa dengan 175 di 19 negara. Afrika berada di urutan berikutnya dengan 56 orang tewas di 16 negara, Amerika Utara dengan 47 di 2 negara.
“Jumlah korban tentu lebih banyak karena penyebab kematian jurnalis terkadang tidak ditentukan, atau kematiannya tidak diumumkan,” tukas Lempen. (Aza/AA)