Indonesiainside.id, Jakarta – Israel menghancurkan satu gedung yang merupakan kantor sejumlah media termasuk kantor berita Associated Press dan Al Jazeera di Gaza.
Militer Israel menyebut gedung itu menampung “aset militer” milik kelompok Hamas.
Namun pemilik gedung menyanggah bahwa ada militer Hamas di gedung tersebut, lapor wartawan BBC News di Gaza, Rushdi Abualouf.
Pemilik gedung mengatakan gedung itu merupakan kantor berbagai media, bisnis dan juga 60 apartemen residensial.
Hamas membalas dengan meluncurkan puluhan roket ke berbagai kota, dan menewaskan satu pria di dekat Tel Aviv.
Serangan udara Israel juga menggempur kamp pengungsi di Gaza, menewaskan paling tidak 10 orang, termasuk delapan anak-anak, menurut para pejabat.

Sejauh ini setidaknya 139 orang meninggal di Gaza dan sembilan di Israeal sejak konflik mulai Senin (10/05) lalu.
Upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik diperkirakan akan ditingkatkan menyusul tibanya utusan Amerika Serikat, Hady Amr.
Sabtu (15/05) adalah hari rakyat Palestina memperingati apa yang mereka sebut al-Nakba atau bencana, saat Israel masuk pada 1948.
Militer Israel mengatakan mereka berwaspada menyusul kerusuhan lebih lanjut di antara penduduk keturunan Arab, di Tepi Barat.
Serangan terhadap gedung di Kota Gaza terjadi setelah pemilik gedung mendapat telepon dari militer Isael yang menyatakan gedung itu akan dihantam.
Jawad Mehdi, pemilik Jala Tower, mengatakan perwira intelijen Israel memperingatkannya bahwa ia hanya punya satu jam untuk evakuasi, lapor kantor berita AFP.
Dalam telepon dengan perwira itu, AFP mendengarnya meminta tambahan 10 menit agar para wartawan dapat mengangkut peralatan sebelum evakuasi.
“Beri kami 10 menit tambahan,” katanya namun perwira itu menolak.
Al-Jazeera, jaringan media yang didanai pemerintah Qatar, menyiarkan serangan itu secara langsung dan menunjukkan gedung itu hancur.
“Saluran televisi ini tak akan bisa dibungkam. Al Jazeera tidak akan bisa dibungkam,” kata presenter bahasa Inggris, Al Jazeera, Halla Mohieddeen secara emosional. “Kami dapat menjamin itu sekarang,” tambahnya.
Koresponden Al Jazeera Safwat al-Kahlout, yang bekerja di kantor itu dalam 11 tahun terakhir mengatakan, “Saya meliput banyak peristiwa dari gedung ini, pengalaman profesional kami, dan sekarang semuanya musnah dalam dua detik. Musnah.”
“Dunia akan kurang banyak tahu tentang apa yang terjadi di Gaza karena apa yang terjadi hari ini”
Sementara itu, CEO Assoicated Press, Gary Pruitt mengatakan, “Kami terkejut dan ketakutan bahwa militer Israel menyasar dan menghancurkan gedung yang juga merupakan kantor biro AP dan media lain di Gaza. Mereka tahu lokasi kantor kami dan tahu wartawan kami di sana. Kami menerima peringatan gedung itu akan dihancurkan.”
“Kami mencari informasi dari pemerintah Israel dan juga kami kontak Kementerian luar negeri AS untuk mencari tahu lebih lanjut,” kata Pruitt dalam satu pernyataan.
“Ini perkembangan yang menyedihkan. Kami lolos dalam waktu singkat dan berhasil menghindari jatuhnya banyak korban. Selusin wartawan AP beraa di dalam gedung dan untungnya berhasil evakuasi.”
“Dunia akan kurang banyak tahu tentang apa yang terjadi di Gaza karena apa yang terjadi hari ini,” tambahnya.
Sebelum gedung itu hancur, koresponden AP di Gaza, Fares Akram mengunggah cuitan tentang pengeboman, “Bom akan menimpa kantor kami. Kami turun tangga dari lantai 11 dan kini menatap gedung dari jauh, berdoa agar tentara Israel akan menarik diri.”
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki dalam cuitannya menulis, “Kami telah berkomunikasi langsung dengan Israel dan meminta agar keamaman wartawan dan media independen merupakan tanggung jawab besar yang harus dijaga.”
Unjuk rasa pro-Palestian berlangsung di banyak kota Eropa. Di Inggris, protes ribuan orang berlangsung di London, Manchester dan Liverpool serta Birmingham.
Di Paris, polisi anti-huru hara menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan ribuan demonstran yang tidak mengindahkan pembatasan terkait pandemi.(BBC/EP)