Indonesiainside.id, Jakarta – Tanpa uang untuk pengobatan dan tidak ada dokumen yang memungkinkan mereka untuk divaksinasi itulah yang dialami warga Muslim Rohingya terkini di pengungsian.
Mereka hanya bisa berdoa dan menjaga diri mereka sendiri karena pandemi yang terus berlanjut mendorong mereka lebih jauh ke dalam bayang-bayang maut pandemi.
Ketidakberdayaan dalam menghadapi Covid-19 itu terjadi di wilayah Madanpur Khadar di tenggara Delhi, salah satu dari beberapa kamp di kota itu untuk Muslim Rohingya di mana para pengungsi berjuang sendiri tanpa akses ke pusat pengujian, vaksin atau dokter.
Keadaan serupa mungkin juga berlaku di kamp-kamp pengungsian warga Muslim Rohingya lainnya di berbagai negara.
Pemerintah India mengaku telah mempermudah tes dan akses vaksinasi bagi mereka yang tidak memiliki dokumen yang diperlukan. Namun, ucapan itu tidak semanis fakta di lapangan.
Buktinya, banyak pengungsi mengatakan hal itu tidak membuat perbedaan nyata. Pernyataan Pemerintah India seakan hanya jadi retorika belaka.
Hal berbeda dengan dukungan dunia muslim yang bahu membahu membantu kolapsnya sistem kesehatan India karena gelombang kedua pandemi corona.
Kamp Madanpur Khadar adalah rumah bagi sekitar 270 Muslim Rohingya, yang meninggalkan rumah mereka di Myanmar untuk menghindari kekejaman militer Myanmar.
Banyak dari mereka yang tinggal di kawasan kumuh mengatakan bahwa mereka telah belajar melawan gejala Covid yang dirasakan dengan pengobatan rumahan ala kadarnya, seperti berkumur air panas, air asin dan masuk ke dalam rumah petak sempit untuk karantina mandiri ketika gejala dirasa semakin parah.
Di antara mereka yang menunjukkan gejala adalah Amir, kepada Indian Express, Kamis(20/5), anak muda itu mengaku hanya berkumur air panas empat kali sehari untuk menghilangkan batuk-batuknya.
Menurutnya itu agak membantu tetapi dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan jika situasinya memburuk dan benar-benar terjangkit Covid-19. Amir tidak memiliki kartu kesehatan atau dokumen lainnya yang diperlukan untuk mendapat akses kesehatan. Hal serupa begitu pula tetangganya.
“Apa yang bisa kita lakukan? Kami tidak bisa mendapat akses rapid tes, kami juga tidak dapat akses vaksinasi. Dokumen yang diminta pemerintah tidak kami miliki, ”katanya.
“Saat ini ada sekitar 20-25 orang yang menunjukkan gejala Covid. Kami hanya berupaya mengisolasi diri sendiri di kamp. Berobat ke rumah sakit adalah mustahil, ”ujarnya.
Bulan lalu, ketika pandemi mencapai puncaknya, sekitar 50-60 pengungsi Rohingya di kamp Madanpur Khadar menunjukkan gejala Covid. Sekarang turun menjadi sekitar 20-25, kata warga.
Menurut LSM Kemanusiaan, ada sekitar 40.000 Rohingya yang tinggal di India. Sekitar 900 orang tinggal di Delhi di kamp-kamp di Madanpur Khadar, Kalindi Kunj dan Shaheen Bagh .
Sementara warga lain, Naseer mengaku kehilangan istrinya enam bulan lalu. Dia menduga istrinya positif Covid-19 dan tidak terselamatkan karena telat membawanya ke rumah sakit.
“Istri saya meninggal setelah menderita gejala seperti Covid. Saya telah membawanya ke rumah sakit tetapi dia meninggal sebelum dia bisa dirawat, ”katanya, seraya menambahkan bahwa KTP yang dikeluarkan oleh PBB membantunya mengakses rumah sakit.(EP)