Indonesiainside.id, Jakarta – Belgia menyatakan berkabung nasional pada Selasa(20/7) untuk mengenang para korban meninggal akibat banjir parah yang menewaskan 200 orang di Eropa barat.
Hujan lebat pekan lalu menyebabkan banjir menyapu kota-kota dan desa-desa, sebagian besar di Belgia dan Jerman, di mana Kanselir Jerman Angela Merkel mengunjungi para korban di salah satu daerah yang paling parah.
Sedikitnya 31 orang tewas di Belgia, dengan lusinan masih hilang atau tidak ditemukan, sementara di Jerman pada Selasa menyebut jumlah kematian meningkat menjadi 169 ketika tim penyelamat membongkar puing-puing untuk mencari korban.
Jumlah orang hilang di Belgia telah menurun selama dua hari terakhir setelah jaringan telekomunikasi tersambung kembali dan lebih banyak orang terlacak.
Pembersihan kini masih berlangsung untuk membantu daerah-daerah yang terkena dampak paling parah pulih dari kehancuran yang menyebabkan puluhan rumah runtuh dan mobil menumpuk di atas satu sama lain.
Air banjir dikabarkan telah surut sejak Jumat tetapi pekerja dan sukarelawan menghadapi tugas besar untuk membersihkan sisa-sisa bangunan dan membantu penduduk membangun kembali kehidupan mereka yang hancur.
Raja Philippe dan Ratu Mathilde dari Belgia memberikan penghormatan di stasiun pemadam kebakaran di Verviers, salah satu kota yang paling parah dilanda bencana.
Sementara itu, mengheningkan cipta dilakukan ditandai dengan suara sirene di stasiun pemadam kebakaran di seluruh negeri, diikuti bus, trem dan kereta metro dihentikan layanannya sementara di Brussels.
Bendera tiga warna Belgia dikibarkan setengah tiang di gedung-gedung resmi, begitu pula bendera Uni Eropa yang bertabur bintang di sekitar markas besar blok itu di ibu kota.
Ini adalah pertama kalinya Belgia menyatakan berkabung nasional selama tiga hari setelah serangan kelompok ISIS pada 22 Maret 2016 yang menewaskan 32 orang dan melukai lebih dari 340 lainnya di Brussels.
Di negara tetangganya, Jerman, Kanselir Angela Merkel menemui para korban banjir yang masih berjuang untuk atas kerugian di kota abad pertengahan Bad Munstereifel yang porak poranda.
Kerusakannya “mengerikan… Banyak rumah tidak lagi layak huni,” katanya, menggambarkan “orang-orang yang telah kehilangan segalanya”.
Kota ini telah “sangat terpukul sehingga membuat Anda tidak bisa berkata-kata,” lanjut Merkel. (Nto)