Indonesiainside.id–Presiden Afhanistan Ashraf Ghani dikabarkan telah meninggalkan Afghanistan hari ini. Ashraf Ghani telah meninggalkan ibu kota Kabul menuju Tajikistan, kata seorang pejabat senior Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Ahad (15/8).
Saat dimintai komentar, kantor kepresidenan mengatakan “tidak bisa mengatakan apa-apa tentang gerakan Ashraf Ghani karena alasan keamanan”. Kabar ini telah membuka jalan bagi Taliban untuk menguasai negara itu setelah kelompok gerilyawan itu memasuki kota utama Kabul, menurut laporan RT, mengutip sebuah sumber.
Ghani diduga melarikan diri dari ibukota Afghanistan pada hari ini, menyusul serangan kilat Taliban yang berakhir di gerbang Kabul. Para gerilyawan menyerukan negosiasi, setelah mengklaim bahwa mereka ingin menghindari pertempuran yang dapat merenggut nyawa warga sipil.
Ghani meninggalkan negara itu ditemani oleh “ajudan dekatnya,” kutip Kantor Berota TOLO, mengutip dua sumber yang mengetahui masalah tersebut. Kantor kepresidenan mengatakan kepada media bahwa mereka tidak dapat mengomentari keberadaan Ghani karena masalah keamanan.
Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan kepada saluran berita satelit Al-Jazeera bahwa gerilyawan sedang “menunggu pemindahan kota Kabul secara damai.” Namun dia menolak untuk menawarkan secara spesifik tentang kemungkinan negosiasi antara pasukannya dan pemerintah.
Ketika ditekan pada kesepakatan seperti apa yang diinginkan Taliban, Shaheen mengakui bahwa mereka mencari penyerahan tanpa syarat oleh pemerintah pusat.
Sementara itu, NATO tetap mempertahankan operasi bandara Kabul. NATO mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya “membantu mempertahankan operasi di bandara Kabul untuk menjaga Afghanistan tetap terhubung dengan dunia.”
NATO mengaku akan mempertahankan kehadiran diplomatik di Kabul. Aliansi itu tidak mengungkapkan perincian tentang jumlah stafnya di negara itu, tetapi mengatakan pihaknya “terus-menerus menilai perkembangan.”
“Kami mendukung upaya Afghanistan untuk menemukan solusi politik untuk konflik, yang sekarang lebih mendesak dari sebelumnya,” kata pernyataan itu dikutip DW. (NE)