Indonesiainside.id, Shah Alam– Malaysia akan mencapai status negara yang menua lebih cepat dari yang diperkirakan jika situasi pandemi Covid-19 berlanjut dalam waktu yang lama menyusul tren penurunan jumlah kelahiran yang tercatat di negara tersebut. Direktur Jenderal Badan Kependudukan dan Pengembangan Keluarga Nasional (LPPKN) Abdul Shukur Abdullah mengatakan berdasarkan proyeksi Departemen Statistik Malaysia, Malaysia diperkirakan akan mencapai status negara yang menua pada tahun 2030 ketika 15 persen dari populasinya berusia 60 tahun ke atas.
“Namun, situasi pandemi Covid-19 saat ini memungkinkan status itu tercapai lebih awal,” Abdul Shukur. “Temuan survei opini publik yang dilakukan LPPKN pada April 2020 menemukan bahwa 53 persen responden memperkirakan situasi pandemi ini akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran, “ tambahnya.
“Namun, mayoritas dari mereka (61 persen) memutuskan untuk menunda atau merencanakan ulang kehamilan mereka,” katanya kepada Bernama di sini hari ini.
Biro Statistik Malaysia melaporkan bahwa pada tahun 2020, populasi berusia 60 tahun ke atas meningkat dari 3,4 juta (2019) menjadi 3,5 juta yang mewakili 10,7 persen dari total populasi. Abdul Shukur mengatakan penurunan 4,4 persen dalam angka kelahiran yang tercatat pada kuartal kedua tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu pada dasarnya diperkirakan akan terjadi.
Dia mengatakan, faktor penyebab pasangan menunda rencana memiliki momongan antara lain karena kurangnya tabungan (58 persen), takut tertular Covid-19 (34 persen) dan takut akses pengobatan kehamilan akan terganggu. karena situasi pandemi (32 persen). Mengomentari lebih lanjut, kata dia, tren penurunan jumlah kelahiran memang akan berdampak pada laju pertumbuhan penduduk yang mempercepat proses penuaan penduduk negara tersebut, bahkan jika tren ini terus berlanjut negara tersebut juga akan mengalami kekurangan tenaga kerja di negara tersebut. masa depan.
“Oleh karena itu, negara perlu mengandalkan tenaga kerja asing untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja lokal. Namun, pada tahun 2050, sebagian besar negara sumber tenaga kerja asing seperti India, Bangladesh, Filipina, dan Myanmar juga akan mengalami penuaan penduduk dan kekurangan tenaga kerja lokal,” katanya.
Oleh karena itu, Abdul Shukur mengatakan situasi ini akan memaksa negara-negara sumber untuk menahan pekerja lokalnya agar tidak bermigrasi ke luar negeri seperti Malaysia. “Dalam persiapan menjadi bangsa yang menua, penting bagi negara untuk meminimalisir ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki dengan pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat di negara tersebut. Bahkan sejak pandemi Covid-19, kesenjangan ketidaksesuaian ini semakin terasa, ” katanya.
Menurut dia, berdasarkan statistik terbaru yang dirilis Departemen Statistik Malaysia, ditemukan jumlah lulusan yang menganggur meningkat 22,5 persen, dari sekitar 165.200 orang pada 2019 menjadi sekitar 202.400 orang pada 2020. Selama periode yang sama, dilaporkan bahwa persentase lulusan yang bekerja di kategori terampil menurun 0,8 persen, sementara mereka yang bekerja di kategori semi-terampil justru meningkat 19,3 persen, terutama untuk pekerjaan layanan dan penjualan, dan pabrik dan operator mesin dan instalasinya,” ujarnya.
Sementara itu, kata dia, hasil kajian LPPKN tahun 2018 memproyeksikan negara berpotensi mengalami kontraksi penduduk untuk pertama kalinya pada tahun 2072. “Melalui kajian ini diproyeksikan jumlah penduduk negara ini akan terus meningkat hingga mencapai maksimal 46,09 juta jiwa pada 2071 sebelum mulai berkurang menjadi 46,08 juta jiwa pada 2072,” ujarnya.
Namun, Abdul Shukur mengatakan ada kemungkinan negara akan mengalami kontraksi penduduk lebih awal jika jumlah kelahiran terus menurun di masa depan sebagai akibat dari wabah pandemi Covid-19. (NE)