Indonesiainside.id, Madrid – Seorang penari hip-hop Afghanistan merasa ketakutan karena profesinya bakal mengusik prinsip kepemimpinan Taliban. Dia khawatir tarian hip-hop sebagai budaya barat akan dilarang di negara yang kini dikuasai Taliban tersebut.
“Hip-hop adalah budaya barat… Ini (budaya) Amerika. Mereka membenci itu,” kata pengajar dan koreografer berusia 27 tahun itu, yang minta identitasnya untuk disembunyikan karena takut akan adanya pembalasan. Dia mengungkapkan hal itu kepada Reuters melalu panggilan video, sebagaimana dilansir Antara, Rabu (25/8).
Dia mengakui, 20 tahun lalu atau sebelum datangnya tentara Amerika, profesi yang dia geluti itu terlarang. Dia merujuk pada situasi sebelumya di mana Taliban berkuasa di Afghanistan pada 1996 hingga 2001.
Dengan sekelompok penari lainnya, termasuk dua orang perempuan, dia telah mengajar tarian street dance dan tampil di berbagai acara di Afghanistan dan India. Namun, di bawah kekuasaan Taliban, dia merasa akan dilarang. Pemutaran musik pada masa kekuasaan pertama Taliban memang melarang street dance karena bukan budaya Afghanistan.
Pada dasarnya, kekhawatiran perempuan tersebut belum terbukti. Terlebih lagi, Taliban mengatakan akan menghormati hak-hak perempuan dan kelompok minoritas. Meski begitu, beberapa warga Afghanistan tetap cemas.
“Saya akan berusaha semampu saya untuk pergi ke bandara dan terbang menggunakan pesawat. Itu akan menjadi keajaiban, akan menyelamatkan hidup saya,” kata penari tersebut, seorang anggota dari minoritas etnis Hazara.
Dia berharap untuk dapat pergi ke Spanyol, di mana saudaranya tinggal. Seluruh anggota kelompok tarinya telah meninggalkan Afghanistan namun dia belum berhasil untuk menemukan jalur yang aman. Dalam salah satu pengangkutan udara terbesar yang pernah ada, Amerika Serikat dan sekutunya mengevakuasi lebih dari 70.000 orang, termasuk warga negara AS dan Afghanistan.
Mereka semuanya khawatir dan merasa berada di bawah risiko sejak 14 Agustus, sebelum Taliban menguasai ibu kota Kabul. Puluhan ribu warga Afghanistan ketakutan. Mereka memadati bandara Kabul sejak pengambilalihan Taliban. (Aza/Ant)