Indonesiainside.id, Jeddah – Sebuah pesawat tak berawak bermuatan bom menyerang sebuah bandara di barat daya Arab Saudi, melukai delapan orang dan merusak sebuah pesawat sipil, seperti disiarkan televisi pemerintah Saudi. Ini merupakan serangan terbaru terhadap kerajaan di tengah perang yang berkecamuk di negara tetangga Yaman.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang merupakan serangan kedua di bandara Abha dalam 24 jam terakhir. Namun diduga dilakukan oleh milisi Houthi didukung syiah Iran.
Serangan sebelumnya juga dilakukan pemberontak Syiah Houthi Yaman yang didukung Iran, menebarkan sejumlah peluru ke seluruh landasan tetapi tidak menimbulkan korban.
Koalisi militer pimpinan Saudi yang memerangi Houthi di Yaman tidak merinci serangan itu atau memberikan tentang mereka yang terluka, selain mengatakan bahwa pasukannya telah ‘mencegat’ drone yang meledak.
Serangan itu terjadi hanya beberapa hari setelah rudal dan pesawat tak berawak menabrak pangkalan militer utama di selatan Yaman, menewaskan sedikitnya 30 tentara Yaman yang didukung Saudi dan menandai salah satu serangan paling mematikan dalam perang saudara bertahun-tahun di negara itu.
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, yang memiliki ciri khas pemberontak yang didukung Iran.
Sejak 2015, pemberontak Houthi Yaman yang memerangi koalisi militer pimpinan Saudi telah menargetkan bandara internasional, bersama dengan instalasi militer dan infrastruktur minyak penting, di Arab Saudi.
Serangan-serangan itu, yang sering terjadi di dekat kota-kota selatan Abha dan Jizan, jarang menyebabkan kerusakan besar, tetapi melukai puluhan, menewaskan sedikitnya satu orang dan mengguncang pasar minyak global.
Di Yaman, kampanye pengeboman yang dipimpin Saudi telah menuai kecaman internasional karena membunuh warga sipil, menghantam sasaran non-militer seperti rumah sakit dan pesta pernikahan, dan menghancurkan infrastruktur di negara paling miskin di dunia Arab.
Perang Yaman telah menjadi jalan buntu berdarah bahkan ketika upaya diplomatik internasional untuk menghentikan pertempuran semakin intensif.
Houthi telah mempercepat dorongan mereka untuk merebut kendali atas kubu pemerintah yang kaya minyak di Marib dalam beberapa bulan terakhir, dan meningkatkan serangan lintas batas mereka di kerajaan.
Perang Yaman dimulai pada 2014, ketika pemberontak merebut ibu kota, Sanaa, dan sebagian besar wilayah utara negara itu.
Koalisi militer yang dipimpin Saudi melakukan intervensi beberapa bulan kemudian untuk mengusir Houthi dan memulihkan pemerintah yang diakui secara internasional.
(Nto)