Indonesiainside.id, Jenewa– Polutan udara utama untuk sementara menurun ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di tengah pembatasan pergerakan Covid-19 tahun lalu, dengan polusi partikel halus turun lebih dari sepertiga di beberapa bagian Asia, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (3/9).
Materi partikel (PM 2.5) menurun hingga 40 persen di Afrika, Amerika Selatan dan Asia selatan dan mencatat penurunan yang lebih kecil di beberapa daerah di Eropa dan Amerika Utara, menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), dalam Buletin Kualitas dan Iklim Udara perdananya.
Menurut WMO, pembatasan pergerakan Covid-19 dan pembatasan perjalanan telah menyebabkan produksi polutan udara utama “menurun sementara”, terutama di daerah perkotaan. “Ketika langkah-langkah pembatasan pergerakan diterapkan, kualitas udara di sebagian besar wilayah dunia telah meningkat dan sebagian besar dalam hal partikel,” kata Oksana Tarasova, kepala divisi penelitian lingkungan atmosfer untuk organisasi tersebut dikutip Reuters.
Buletin WMO, yang membandingkan kualitas udara pada tahun 2020 dengan pembacaan pada tahun 2015 hingga 2019, menunjukkan bahwa tingkat nitrogen dioksida berbahaya yang dipancarkan oleh pembakaran minyak turun di hampir semua negara dan sebanyak 70 persen. Polusi udara adalah satu-satunya faktor risiko lingkungan tertinggi untuk kematian dini di seluruh dunia. Ini dapat mengurangi lebih dari sembilan tahun harapan hidup sekitar 40 persen orang India, menurut sebuah laporan minggu ini.
Namun, penurunan yang tercatat tahun lalu terlalu singkat untuk berdampak pada kesehatan, kata Tarasova. Dia menyebut kebakaran hutan di Australia, asap yang disebabkan oleh pembakaran biomassa di Siberia dan Amerika Serikat serta “efek Godzilla” dari hembusan pasir dan debu dari Gurun Sahara melalui lautan Atlantik ke Amerika Utara sebagai efek buruk pada kualitas udara.
Buletin WMO juga menunjukkan bahwa jumlah molekul ozon, yang dapat merusak saluran udara, sebenarnya telah meningkat di beberapa daerah dalam satu tahun terakhir. Tarasova mengatakan itu terkait dengan tingkat oksida nitrogen yang lebih rendah yang biasanya menghilangkan gas berbahaya. (NE/CNA)