Indonesiainside.id, Kabul – Pemerintahan Taliban mengizinkan wanita untuk menempuh pendidikan selama mereka belajar secara terpisah dari laki-laki. Hal ini ditegaskan oleh menteri pendidikan tinggi baru Taliban, Abdul Baqi Haqqani, mengatakan pada Ahad(12/9) dilansir Arab News.
Taliban ingin mengikis kesan lama pemerintahan yang menerapkan kebijakan keras. Termasuk hak-hak perempuan di Afghanistan sangat dibatasi di bawah pemerintahan Taliban 1996-2001.
“Kami tidak memiliki masalah dalam mengakhiri sistem pendidikan campuran,” katanya. “Orang-orangnya adalah Muslim dan mereka akan menerimanya,” katanya.
Taliban mengumumkan awal bulan ini bahwa wanita masih bisa belajar di universitas jika mereka mengenakan jubah abaya dan niqab yang menutupi sebagian besar wajah, dengan kelas yang dipisahkan berdasarkan jenis kelamin – atau setidaknya dipisahkan oleh tirai.
Haqqani mengatakan bahwa sistem pendidikan Afghanistan telah banyak berubah sejak terakhir kali Taliban berkuasa, ketika perempuan secara efektif dilarang sekolah dan universitas.
“Dibandingkan sebelumnya, jumlah lembaga pendidikan meningkat drastis,” katanya.
“Ini memberi kami harapan untuk masa depan, Afghanistan yang makmur dan mandiri… kami akan melanjutkan dari tempat mereka ditinggalkan.”
Haqqani yakin bahwa ada cukup guru perempuan dan, jika tidak tersedia, alternatif dapat ditemukan tanpa melanggar aturan.
“Semua tergantung kapasitas universitas,” katanya. “Kita juga bisa menggunakan guru laki-laki untuk mengajar dari balik tirai, atau menggunakan teknologi.”
Taliban mengatakan mereka ingin menjauhkan diri dari kebijakan lama yang lebih keras, ketika separuh populasi dikeluarkan dari pekerjaan dan pendidikan.
Di bawah aturan baru, perempuan dapat bekerja “sesuai dengan prinsip-prinsip Islam,” yang telah ditetapkan oleh Taliban, tetapi hanya sedikit rincian yang diberikan tentang apa artinya sebenarnya.(Nto)