Indonesiainside.id, Jakarta – Belarus berencana untuk membeli sistem persenjataan Rusia senilai lebih dari 1 miliar dolar AS, termasuk sistem rudal S-400, kata Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Lukashenko bertemu dengan Vladimir Putin di Moskow pada hari Kamis untuk pembicaraan panjang yang terutama berpusat pada kerja sama militer antara kedua sekutu.
“Saya sangat berterima kasih kepada kepemimpinan Rusia, militer, dan industri pertahanan Rusia karena menyetujui seluruh daftar senjata yang akan ada di sini pada tahun 2025. Memang, sekitar selusin pesawat … beberapa di antaranya telah tiba. Juga beberapa lusin helikopter, TOR-M2…Saya tidak akan menyebutkan jumlah totalnya, meskipun ini bukan rahasia besar, itu lebih dari 1 miliar dolar AS, ”kata Lukashenko, seperti dikutip kantor berita BelTA, Senin(13/9).
Presiden Belarusia juga mengatakan pemerintahnya sedang dalam pembicaraan dengan Moskow untuk pasokan sistem rudal S-400. Sistem rudal S-400 ini termasuk dalam alutsista yang ditakuti oleh negara-negara barat karena bisa menghancurkan pesawat tempur siluman.
“Kami sedang dalam pembicaraan dan merencanakan pasokan [sistem] S-400,” kata Lukashenko. “Wilayah barat Belarus sekarang sepenuhnya dilindungi oleh sistem rudal S-300. Tapi kita sekarang memiliki fokus di bagian selatan.”
Mampu menyerang target pada jarak 400 kilometer dan pada ketinggian hingga 30 kilometer, sistem rudal S-400 dapat menghancurkan pesawat serta rudal jelajah dan balistik. Hal ini juga dapat digunakan terhadap target berbasis darat.
Selama pertemuan di Moskow, Lukashenko dan Putin juga membahas isu-isu menarik lainnya, termasuk 28 program yang disebut Negara Kesatuan yang dirancang untuk menyelaraskan hukum Rusia dan Belarusia di berbagai bidang ekonomi.
Program-program tersebut merupakan bagian dari Negara Kesatuan Rusia dan Belarusia, sebuah organisasi yang dibentuk pada Desember 1999 yang bertujuan untuk meningkatkan integrasi ekonomi antara kedua negara.
Mereka saat ini sedang melakukan serangkaian latihan perang bersama selama seminggu yang dimulai Kamis. Operasi Zapad-2021 berlangsung di Rusia dan Belarus, dan melibatkan sebanyak 200.000 tentara, 80 pesawat, 760 kendaraan lapis baja dan 15 kapal perang.
Unjuk kekuatan militer terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Barat dan Belarusia, yang memuncak sejak pemilihan presiden pada Agustus tahun lalu, yang dimenangkan Lukashenko.
Pemimpin oposisi Sviatlana Tsikhanouskaya menolak hasil resmi dan mengklaim kecurangan pada pemilihan, tanpa memberikan bukti apa pun. Pemerintah Barat mendukungnya, mengulangi tuduhan kecurangan suara, juga tanpa bukti.
AS dan Uni Eropa (UE) telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap perusahaan dan pejabat Belarusia atas tuduhan penipuan pemilih, yang ditolak Belarusia sebagai tidak berdasar.(Nto)