Indonesiainside.id, Roma—Dalam sejarah, Roma pernah ditaklukkan oleh Galia selama Zaman Besi dan Visigoth antara abad ke-3 hingga ke-5. Bahkan pernah pula menghadapi berbagai tragedi kekerasan sepanjang keberadaannya.
Namun, akhir-akhir ini, kota itu sekarang diguncang kedatangan makhluk-makhluk ‘kejam’ yang suka memecah belah dan menyodorkan apa saja di depan matanya—kawanan babi hutan yang dikenal kejam. Kantor berita AP melaporkan bahwa kehadiran kawanan babi hutan menjadi sesuatu yang bisa dilihat setiap hari di kota Roma.
Dari jumlah sepuluh hingga 30, hewan liar muncul dari taman luas di sekitar kota dan menyusuri jalan-jalan yang macet guna mencari makanan di tempat sampah Roma yang terkenal meluap.
Media sosial kerap dibanjiri video dan foto dari warga virtual setempat yang memperlihatkan babi mengaduk-aduk tong sampah, membobol rumah dan toko, dan melintas secara tiba-tiba di depan orang-orang yang sedang menjalani rutinitas sehari-hari.
Isu babi hutan kini menjadi modal politik dan senjata dalam pemilihan kepala daerah. Walikota Virginia Raggi menjadi korban tuduhan sistem pengelolaan sampah yang tidak efisien.
Namun, hal itu secara tidak langsung terkait dengan lonjakan populasi babi hutan dalam beberapa tahun terakhir.Badan pertanian Italia, Coldiretti, memperkirakan ada lebih dari 2 juta hewan liar semacam itu di seluruh negeri.
Wilayah Lazio di Roma saja diperkirakan memiliki antara 5.000 dan 6.000 babi hutan di taman umum. Ratusan dari mereka terbiasa meninggalkan habitat hutan dan ‘membiasakan diri’ di perkotaan untuk membongkar tempat sampah dan lingkungan sekitar.
Untuk mengatasi masalah ini, pihak berwenang Lazio meluncurkan program berburu pada 2019, dan bahkan bulan lalu mengeluarkan undang-undang tentang berburu hewan di taman umum. Sebelumnya, tindakan itu sangat dilarang.
Sekarang, provinsi Lazio telah meningkatkan jumlah pemusnahan babi hutan tahunan dari 700 menjadi 1.000 sehingga masalah dapat dikendalikan. Video yang dibicarakan semua orang di #Rome minggu ini: selusin babi hutan berjalan dengan tenang melewati lalu lintas di Via Trionfale.
Di pedesaan, berburu babi hutan menjadi acara yang populer, ditambah lagi hewan tersebut dijadikan menu masakan lokal. Meski langkah tersebut menuai kritik dari kelompok pecinta hewan di negara itu, sentimen tersebut tidak didukung oleh penduduk kota.
“Saya takut berjalan di pinggiran kota, karena ada tempat pembuangan sampah di sana dan babi hutan bisa memukul saya kapan saja,” kata seorang wanita tua, Grazia, 79, yang sering mengantar dan menjemput cucunya pulang dari sekolah.
Kekhawatiran seperti itu beralasan. Babi hutan dapat memiliki berat hingga 100 kilogram, dan tingginya mencapai 80 sentimeter dan panjang 150 sentimeter. Dengan ukuran sebesar itu, bisa melukai orang dewasa, apalagi anak-anak.
“Kami sedang ditaklukkan di sini,” keluh pemilik restoran Pino Consolati di lingkungan Monte Mario. Ia mengeluhkan ruang makan di ruang terbukanya sering diserbu babi hutan yang mencari makan.
“Ini adalah situasi yang tidak nyaman,” tambahnya. (NE)