Indonesiainside.id, Gaza— Organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan selama bertahun-tahun tentang situasi air yang memburuk di Jalur Gaza. Pada sesi ke-48 Dewan Hak Asasi Manusia PBB Senin lalu, the Global Institute for Water, Environment and Health and the Euro-Mediterranean Human Rights Monitor mengatakan air di Gaza “tidak dapat diminum” dan “perlahan diracuni” orang.
“Blokade Israel jangka panjang telah menyebabkan kerusakan serius keamanan air di Gaza, membuat 97% air terkontaminasi,” kata sebuah pernyataan bersama. “Penduduk daerah kantong yang terkepung dipaksa untuk menyaksikan keracunan lambat dari anak-anak dan orang yang mereka cintai,” kata pernyataan lembaga itu.
Organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan selama bertahun-tahun tentang situasi air yang tercemar di Jalur Gaza. Sebagian besar penduduk harus membeli air minum dari pemasok swasta karena air kota sering tidak berfungsi karena pasokan listrik terlalu lama terputus.
Bahkan, persediaan airnya terlalu asin untuk diminum. Sebagian besar pemasok swasta menjual air yang disaring kepada penduduk di Jalur Gaza dengan biaya rata-rata 30 shekel untuk 1.000 liter air.
Situasi itu dialami oleh Muhammad Saleem, 40 dari lingkungan Al-Sheikh Redwan di Gaza utara. Dia mengatakan, upaya membangun taman di rumahnya gagal karena air sudah tercemar parah.
“Semua tanaman saya menjadi kering dan mati karena klorida dan salinitas tinggi,” katanya kepada Al-Jazeera.
Muhammad berkata ‘mustahil’ baginya dan keluarganya untuk menggunakan pipa air kota untuk minum, memasak dan keperluan sehari-hari lainnya. “Jika tanaman mati karena air, apa yang akan terjadi pada tubuh manusia?” katanya dalam dana bertanya.
Sementara itu, Falesteen Abdelkarim, 36, dari kamp pengungsi Al-Shati, mengatakan pasokan air di daerah itu ‘bisa diminum’ lagi. “Rasanya seperti air laut. Kita tidak bisa menggunakan air itu untuk minum, memasak atau mandi.”
Menurutnya hidup di kamp pengungsi sangat menyedihkan. “Kami harus membeli air dari pemasok,” katanya.
Pasokan air yang terkontaminasi di daerah tersebut berdampak serius pada kesehatan masyarakat, anak-anak serta risiko penyakit yang terbawa air. Krisis telah memburuk selama beberapa dekade sebagai akibat dari sanksi Israel, berkurangnya bantuan kemanusiaan dan serangkaian serangan militer Israel yang sedang berlangsung. (NE)