Indonesiainside.id, Ankara— Turki hari ini memanggil duta besar dari 10 negara, termasuk Jerman dan Amerika Serikat, untuk memprotes pernyataan yang mereka keluarkan setelah menyerukan pembebasan aktivis hak-hak sipil Osman Kavala. Salah satu sumber diplomatik mengatakan, para dubes itu akan tiba di Kementerian Luar Negeri Turki pada, Selasa (19/10).
Selain AS dan Jerman, dubes dari Kanada, Denmark, Finlandia, Swedia, Belanda, Selandia Baru, Prancis, dan Norwegia juga dipanggil. Mereka dipanggil usai menyerukan penyelesaian adil dan cepat kasus yang menjerat Kavala.
Aktivis, Osan Kavala, 64, telah dipenjara tanpa hukuman sejak 2017, sebuah simbol intoleransi oposisi terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan. Aktivis Turki itu menghadapi beberapa tuduhan terkait protes anti-pemerintah pada 2013 dan kudeta militer yang gagal pada 2016. Kavala menyangkal semua tuduhan.
Dalam sebuah pernyataan hari ini, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Swedia, dan Amerika Serikat menyerukan ‘keadilan dan solusi segera untuk kasusnya’.
“Penundaan yang berkelanjutan dalam persidangannya … mengurangi harapan untuk menghormati supremasi hukum dan transparansi sistem peradilan Turki,” katanya.
Delegasi mendesak Turki untuk mematuhi arahan Dewan Eropa, badan hak asasi manusia yang bergabung pada 1950. Dewan Eropa memperingatkan bahwa mereka akan meluncurkan proses disipliner terhadap Turki ‘dalam sebuah insiden yang membuat Kavala tidak dibebaskan sebelumnya’ selama pertemuan badan hak asasi manusia berikutnya pada 30 November hingga 2 Desember.
Sidang pengadilan Kavala berikutnya akan diadakan pada 26 November. Kedutaan besar dan kuasa usaha tiba di kementerian luar negeri Ankara hari ini, menurut kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan.
Para diplomat diberitahu dalam sebuah pernyataan untuk tidak ‘melanggar batas’ dan ‘mencoba mempolitisasi proses hukum dan peradilan’, menurut kementerian. “Mereka diberitahu bahwa hanya berfokus pada kasus-kasus pengadilan terkait Turki, terutama penolakan Kavala untuk mengejar agenda itu, adalah langkah tidak jujur yang penuh dengan penipuan,” kutip AFP. (NE)