Indonesiainside.id, Jakarta – Badan Intelijen Israel Mossad merekrut beberapa orang untuk memata-matai warga Palestina yang tinggal di Turki. Jaringan ini terbongkar setelah salah satu anggotanya membocorkan hal itu. Para anggotanya dibekuk aparat keamanan Turki dalam operasi rahasia.
Melansir Daily Sabah, Sabtu (23/10), jaringan itu beranggotakan 15 orang yang bekerja untuk badan intelijen Israel Mossad untuk mengumpulkan informasi tentang warga Palestina dan segala aktivitasnya di Turki.
Para pelaku yang berhubungan dengan Mossad, telah menerima uang senilai ribuan euro untuk informasi tersebut dan menyerahkan informasi itu kepada Mossad di Swiss.
“Saya bertemu langsung dengan pejabat Mossad. Dia mengajari saya mengenkripsi file di laptop,” kata MAS yang dirahasiakan namanya.
MAS disebutkan memiliki perusahaan yang memberikan konsultasi kepada siswa yang datang dari luar negeri ke Istanbul. Mossad pertama kali menghubunginya pada Desember 2018 melalui agen bernama AZ, yang menghubunginya melalui nomor tak dikenal di WhatsApp.
Kepada MAS, orang tak dikenal itu mengaku meminta informasi tentang bisnisnya, dan memberikan janji bahwa dia memiliki pelanggan asal Arab di Jerman yang anaknya ingin belajar di Turki.
Orang tak dikenal yang kemudian diketahui sebagai agen Mossad itu kemudian mengaku ingin mendapatkan informasi tentang mahasiswa Palestina. Bagaimana mereka bisa masuk di universitas di Turki dan peluang seperti apa yang diberikan oleh pemerintah dan kotamadya Turki kepada mereka.
Agen Mossad yang berinisial AZ itu mengatakan kepada MAS bahwa dia memiliki teman dekat yang ingin membantu rakyat Palestina.
Setelah seminggu, MAS kemudian mengirim informasi itu ke pejabat Mossad dan dibayar ratusan euro melalui Western Union.
Ini adalah paket uang pertama yang dia terima selama tiga tahun. MAS juga setuju untuk mengerjakan informasi terpisah tentang organisasi non-pemerintah (LSM) Palestina di Turki untuk Mossad, yang ia temui pertama kali secara tatap muka pada 2019.
MAS menjelaskan bahwa dia menerima ribuan euro sebagai imbalan atas informasi-informasi itu dan bahwa dia pernah mengambil uang itu dari sebuah pasar di Batışehir Istanbul dengan menunjukkan ID dan kwitansinya.
Mossad juga ingin mengetahui bagaimana warga Palestina melalui Bandara Istanbul selama pandemi COVID-19 dan bagaimana mereka bisa datang ke sana.
Keduanya tetap berhubungan hingga April 2021, ketika MC meminta MAS untuk menemuinya di Eropa dengan semua biaya ditanggung. MAS dikirimi surat undangan oleh front company bernama European Student Guidance Center (ESGC) melalui konsulat jenderal Swiss di Istanbul.
MAS menerima visanya dari Swiss dalam waktu satu jam, terbang ke negara itu dan bertemu dengan AZ di Bandara Zurich.
Dia menyebutkan bahwa pejabat Mossad berinisial AZ itu berusia sekitar 60-65 tahun dan tinggi 1,80 meter (5 kaki 9 inci). Dia diberi 500 euro ($580) dan dibawa ke sebuah hotel. Dia bertemu MC di hotel lain dan diajari di kamarnya cara mengenkripsi file Word di Protonmail. Kontak lebih lanjut antara keduanya dilakukan melalui Protonmail.
MAS menerima hampir $10.000 selama tiga tahun.
Operasi melawan aksi Mossad terhadap mahasiswa asing dilakukan oleh Organisasi Intelijen Nasional (MIT). Mereka mengungkap adanya lima sel terpisah masing-masing beranggotakan tiga orang. Keberadaan mereka terlacak oleh unit MIT selama setahun. Setelah informasi tersebut dibagikan kepada polisi, pasukan kontraterorisme menangkap 15 mata-mata dalam operasi rahasia yang dilakukan pada 7 Oktober di empat provinsi.(Nto)
